Kamis, 03 Februari 2011

Perihal Makan Daging



Orang Barat zaman sekarang menganggap daging adalah semacam makanan sampah (junk food), mereka menemukan daging ternyata merupakan pembunuh terbesar dari sekian banyak penyakit modern. Karena memakan daging dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit yang tak bisa disembuhkan, itulah sebabnya belakangan ini terdapat tren perubahan kebiasaan makan daging.
Zaman dahulu aliran Buddha menganggap makan daging merupakan sebuah pantangan besar dan bagi seorang kultivator (kultivasi = memperbaiki spiritualitas secara terus menerus sehingga mencapai kesempurnaan) adalah sebuah tolok ukur yang tak boleh ditiadakan. Namun orang modern banyak yang tidak tahu dengan jelas penyebab larangan makan daging tersebut.
1. Pemahaman orang awam tentang makan daging
Di dalam masyarakat manusia pada umumnya telah terbentuk berbagai macam konsep. Antara lain apabila manusia tidak memakan daging, maka merasa energi tubuh tak dapat memperoleh suplemen efektif.
Negara Barat yang berasal dari suku nomaden kemudian menuju kemakmuran industrialisasi, menjadikan daging sebagai sumber bahan pangan utama dan sudah menjadi kebiasaan kuliner suku bangsa tersebut.
Orang-orang dari negara miskin dan sedang berkembang menganggap peradaban Barat sebagai standar untuk dikejar dan didambakan, bahkan makan daging dijadikan sebagai simbol status sosial. Khusunya bagi atlet dan orang-orang di arena olah raga, daging dipandang sebagai penambah tenaga ledakan dan semacam cara efektif untuk meningkatkan potensi keikut-sertaan lomba. Padahal orang Barat zaman sekarang justru berpendapat sebaliknya.
Orang Asia yang pada dasarnya hidup dari bercocok-tanam kebanyakan belum memahami hal ini, sehingga masih menganggap makan daging sebagai suatu gengsi dan makan sayur-mayur itu dianggap memalukan.
2. Pemahaman makan daging
Orang yang berkultivasi aliran Buddha, menjadikan pantangan makan daging sebagai sebuah target utama dalam berkultivasi. Sesungguhnya, berpantang makan daging hanyalah menyingkirkan semacam keterikatan nafsu memakan daging, Keterikatan manusia terhadap seluruh bahan pangan secara perlahan harus dilepas. Namun tidak hanya bahan pangan, seluruh nafsu yang terdapat di dalam diri manusia perlahan-lahan juga harus dilepas.
3. Hubungan makan daging dan membunuh kehidupan
Nampaknya, makan daging tidak relevan dengan membunuh makhluk berjiwa. Namun kenyataannya masih terdapat hubungan sebab akibat. Tanpa hasrat terhadap makan daging, si penjagal tak lagi memiliki niatan memperoleh keuntungan dari pekerjaan menjagal.
Kegemaran orang terhadap daging berlebihan, membuat penjagal memiliki pasar untuk menyembelih makhluk hidup dalam jumlah besar. Kalau dibicarakan dalam taraf tertentu, manusia yang memakan daging menjadi pembantu kejahatan para penjagal. Dosa yang dipikul para penjagal juga ikut ditanggung oleh orang yang memakan daging jagalan.
Manusia yang memiliki hati bajik tak akan tega melihat suasana anyir darah penjagalan. Ketika mencium aroma sedap dari masakan daging, maka godaan tersebut tak tertahankan lagi, disantaplah dengan lahap daging yang terkadang dibarengi minuman beralkohol. Secara permukaan yang terlihat hanyalah potongan daging yang sudah dicampur dengan bahan-bahan lain, sehingga rasa iba pun sirna dan sama sekali tidak tercium bau anyir darah di tempat penjagalan.
4. Pemikiran hewan
Serangkaian percobaan membuktikan, bukan hanya hewan, bahkan tumbuh-tumbuhan dan materi pun bisa berpikir. Jika benar demikian, apabila manusia berdiri pada sudut pandang hewan dan berpikir demi orang lain, menurut Anda, bagaimana pikiran hewan yang akan disembelih itu?
Penjagal menyembelihnya, koki memasaknya, menumisnya, menggorengnya, ditaburi bumbu rasa asam, pedas, manis dan asin serta berakhir dalam perut manusia. Ia (rohnya) akan berpikir seperti apa? Tidakkah ia akan membenci Anda? Sebelum bereinkarnasi lagi, sebelum kebenciannya berhenti, maka ia akan membenci si penjagal dan siapa saja yang memakannya.
Karma (Sansekerta: hasil perbuatan buruk) akan tiada hentinya dipancarkan dan melekat ke tubuh si penjagal dan pendukungnya. Kelemahan penggemar daging adalah lambung sering kali tidak nyaman. Apabila orang itu tidak menyadarinya, akhirnya memburuk menjadi infeksi lambung, bisul perut, kanker lambung dan sebagainya. Ini juga merupakan salah satu faktor bertambahnya pasien kanker lambung sekarang ini.
Jika penggemar kuliner daging adalah sesama Anda, kerabat dan sahabat, orang tua dan anak cucu, bagaimanakah Anda berpikir? Masih punyakah Anda hati yang riang untuk menikmati pesta makhluk berjiwa? Jika Anda sebagai kultivator, sudah sewajarnya lebih meningkatkan pemahaman mengenai makan daging dan dengan belas kasih berinteraksi dengan sesama makhluk hidup.
Mengurangi makan daging secara kuantitas, berarti menambah peluang hidup bagi makhluk berjiwa. Mengurangi rasa puas ketika makan daging maka bisa memberi peluang hidup bagi seekor atau bahkan beberapa ekor hewan. Dengan lebih menghargai jiwa binatang sekaligus akan bermanfaat bagi kesehatan kita semua. 

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords