Kamis, 03 Februari 2011

Menghitung Kalori Cukup Merepotkan



Ketika ingin menurunkan berat badan, khususnya menghilangkan lemak, saya tidak menghitung kalori atau dengan sengaja membatasinya. Saya akan jelaskan mengapa.

Namun sebelumnya, hasil studi yang dipublikasikan April lalu di Psychosomatic Medicine dimana para perempuan diminta untuk mengonsumsi makanan dengan satu atau empat cara sebagai berikut:
1. Individu diminta mengonsumsi makanan yang dibatasi hanya sampai 1.200 kalori per hari
2. Individu diminta mengonsumsi makanan yang dibatasi sampai 1.200 kalori per hari, dan juga diminta mencatat semua kalori yang masuk. Dengan kata lain,  asupan makanan mereka dibatasi dan dimonitor.
3. Individu diminta untuk mencatat asupan kalorinya, namun tidak diminta membatasi kalorinya
4. Individu diizinkan mengonsumsi makanan secara normal.
Studi berakhir setelah tiga   minggu. Hasilnya, perempuan yang dibatasi kalorinya (grup-1 dan 2) menunjukkan kenaikan tingkat hormon stres kortisol. Individu dalam grup-3 tidak terlihat kenaikan level kortisol yang penting, namun kesadaran akan stres meningkat. Pendek kata, membatasi atau memonitor kalori membuat mereka tertekan.
Naiknya tingkat kortisol pada mereka yang dibatasi kalorinya mungkin memiliki arti khusus, karena hormon ini cenderung dihubungkan dengan penurunan berat badan, khususnya di usia pertengahan. Karena kebanyakan, seseorang yang membatasi asupan kalorinya, cenderung melakukannya untuk menurunkan berat badan, dampak samping biokimia atas pembatasan kalori ini mungkin dapat dipandang sebagai hal yang kontraproduktif.
Ini mungkin dapat menjelaskan mengapa begitu banyak orang yang membatasi kalorinya untuk menurunkan berat badan mendapati pendekatan ini tidak efektif jika dilakukan dalam jangka panjang. Namun ada masalah fundamental lainnya yang dikaitkan dengan pembatasan kalori.
Studi yang dipublikasikan Februari 2009 di PloS One menunjukkan penurunan tingkat metabolisme, dan studi lain yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition Oktober 2000 menunjukkan bahwa setelah membatasi kalori selama enam bulan, seseorang memerlukan waktu lama untuk mengembalikan tingkat metabolismenya.
Orang-orang cenderung mengarah pada makanan rendah kalori yang mungkin saja kurang sehat, misalnya pemanis buatan pada makanan dan minuman.
Orang-orang cenderung ingin menyingkirkan lemak dari tubuhnya dan melalui karbohidrat—penggerak utama insulin—hormon yang mengatur endapan lemak dalam tubuh.
Lapar dapat membuat pendekatan ini cenderung tidak stabil.  Ketika seseorang dibatasi kalorinya, mereka cenderung kurang bergerak.
Dari semua hal yang kita dapatkan ini, tidak sulit untuk memahami mengapa pembatasan kalori seringkali mengakibatkan kegagalan bagi mereka yang ingin mengatur berat badan secara stabil dan sehat.
Saya sangat tidak antusias dengan pembatasan kalori yang telah saya kumpulkan ke dalam buku baru saya “Waist Disposal—the Ultimate Fat Loss Manual for Men” mengenai risiko-risikonya (Chapter 2, “The Calorie Trap”). Terlebih, buku ini menyediakan banyak informasi tentang bagaimana terlepas dari jebakan ini. 

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords