Kamis, 03 Februari 2011

Diet Rendah Lemak Picu Kenaikan Berat Badan

alt

Sulit untuk menghindar dari lonjakan statistik yang berhubungan dengan angka kegemukan. Pada saat yang sama, kita tentu sadar terhadap saran standar bagi siapa saja yang ingin menurunkan berat badan, seperti :”Kurangi makan dan perbanyak olahraga.” 
Masalahnya adalah kenyataan membuktikan tidak satu pun dari kedua cara pendekatan tersebut efektif untuk mengurangi berat badan dalam jangka panjang bagi orang yang kurang disiplin, sayangnya kurang disiplin ini merupakan sifat yang susah ditinggalkan. 
Beberapa peneliti dan ilmuwan masih dalam proses pemikiran untuk berpikir sedikit lebih kreatif mengenai “wabah kegemukan”. Sebagian orang mempertanyakan apakah jika berat badan tidak sekedar ditentukan oleh kadar kalori yang masuk dan yang dibakar oleh tubuh?
Salah satu faktor penting disini adalah berhubungan dengan selera makan. Seseorang yang ingin mengekang kecenderungan makan berlebih biasanya memilih jenis makanan yang cenderung mengenyangkan.
Saran yang biasa diberikan untuknya adalah agar diet dengan mengonsumsi makanan kaya serat, sehingga diharapkan “berserat akan mengenyangkan” dan membantu kita “merasa kenyang dalam jangka waktu lebih lama.” Sebenarnya, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa protein adalah bagian dari diet yang benar-benar memiliki kekuatan mengenyangkan.
Salah satu faktor berkenaan dengan kontroversi ini adalah kecendrungan terhadap makanan tertentu, dimana saat dicerna oleh tubuh, cenderung mendorong penimbunan lemak. Walaupun jelas terlihat bahwa momok utama dalam mengonsumsi makan adalah lemak itu sendiri, pada kenyataannya hormon utama penghasil lemak dalam tubuh sebenarnya adalah insulin. Sebagaimana kita ketahui, insulin dikeluarkan untuk menyeimbangkan asupan karbohirat.
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa pertambahan berat dapat dipicu karena insulin yang berlebih. Mungkin orang yang paling berpengaruh memperkenalkan teori ini adalah almarhum Dr. Robert Atkins.
Belum lama ini, konsep ini mulai menemui titk terang, Gary Taube, seorang pengarang buku “Good Calories Bad Calories” menantang kebijakan konvensional terhadap Diet, Pengendalian Berat Badan dan Penyakit.” Saya belum pernah membaca buku ini, tetapi cukup tahu tentangnya dan hasil kerja Taube sebelumnya untuk direkomendasikan kepada orang yang sangat tertarik pada kesehatan orang lain.
Walaupun kelihatannya pertambahan berat bukan semata-mata tentang insulin, namun saya menyakini sebagai faktor utama. Beberapa bukti yang memperkuat faktor ini didapat dari sebuah studi yang dipublikasikan pada The American Journal of Clinical Nutrition.
Para peneliti dalam studi ini pada dasarnya menafsirkan kadar insulin (sebenarnya kadar insulin setelah 30 menit pemberian 75 gram glukosa pada individu) pada 276 orang dan kemudian mengawasi mereka untuk rata-rata enam tahun. Pengukuran insulin ini dapat dijadikan ukuran yang mewakili kemampuan seseorang dalam menangani proses metabolisme karbohidrat menjadi gula.
Taube melihat hubungan antara kadar insulin dan ukuran tertentu termasuk pertambahan berat dan ukuran lingkar pinggang. Mereka juga menganalisis apakah ada perbedaan hasil pada mereka  yang diet rendah lemak dan mereka yang mengonsumsi makanan tinggi lemak.
Inilah secara mendasar apa yang mereka temukan: Pada individu yang diet rendah lemak, kadar insulin yang tinggi berkaitan dengan resiko naiknya berat badan dan bertambahnya ukuran lingkar pinggang. Keterkaitan seperti ini tidak ditunjukkan oleh orang yang mengonsumsi makanan dengan kadar lemak lebih tinggi.
Secara keseluruhan, dalam kelompok yang diet rendah lemak, individu dengan kadar insulin tertinggi bertambah 4,5 kg lebih berat dari pada mreka yang kadar insulinnya rendah.
Lalu apa yang bisa kita perbuat terhadap ini semua? Hal paling jelas digambarkan dari studi ini adalah bahwa kadar insulin lebih tinggi berkaitan dengan kecendrungan bertambahnya berat badan. Ini dengan jelas mendukung gagasan bahwa insulin mungkin berperan penting terhadap naiknya berat badan.
Tetapi mengapa keterkaitan hanya nampak pada mereka yang makan makanan berkadar lemak rendah? Saya kurang yakin, tetapi ini sepertinya kurang berkaitan dengan lemak, dan lebih mungkin disebabkan oleh karbohidrat.
Ini karena ketika kadar insulin tinggi, umumnya menandakan bahwa tubuh seseorang tidak mampu mengatasi karbohirat dan mungkin, oleh karenanya membayangkan diet tinggi karbohidrat lebih mungkin menjadikan orang bermasalah dibanding jika mereka diet rendah karbohidrat. Mereka yang diet rendah lemak cenderung mengonsumsi makanan yang kaya karbohidrat, hal ini bisa menjelaskan mengapa individu-individu ini menjadi cenderung mudah naik berat badannya.
Tentu, disini akibat yang wajar adalah bahwa seseorang yang makan berkadar lemak tinggi (rendah karbohidrat) sepertinya cenderung mengekang pengeluaran insulin yang berarti mengekang naiknya berat badan, benar? Ya, walaupun ini sebenarnya tidak membuktikan apapun, namun sepertinya mendukung konsep pengendalian karbohirdrat untuk menurunkan berat badan. 

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords