Rabu, 02 Februari 2011

Ledakan Tak Lazim Percikan Pandangan Baru Atas Kehidupan Bintang


alt
Menurut astronom Dovi Poznanski dari Lawrence Berkeley National Laboratory, penemuan ini terpusat pada sebuah ledakan yang tak lazim pada Galaksi NGC 1821, yang diperkirakan berjarak 160 juta tahun cahaya. Penemuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science Express.
“Ledakan bintang merupakan salah satu proses kunci dalam evolusi alam semesta,” kata Thomas Statler, seorang direktur program NSF bagian sains astronomi. “Mereka mempengaruhi formasi bintang dan pertumbuhan galaksi, dan mereka memproduksi hampir semua elemen metal yang membentuk inti planet seperti Bumi.”
Cahaya dari bintang yang meledak itu mencapai Bumi pada tahun 2002 dan direkam oleh teleskop robotik di Lick Observatory, dekat San Jose, Kalifornia. Pada awalnya, cahaya itu disalahartikan sebagai supernova “Type II” yang biasa, suatu peristiwa bencana besar dimana bintang meledakkan dirinya sendiri.
Sebuah ledakan supernova melepaskan energi ratusan kali lebih banyak pada detik pertamanya daripada energi yang diproduksi oleh matahari selama masa hidupnya. Matahari terlalu kecil untuk meledak seperti ini, tapi Bumi tetap keberadaannya berkat adanya supernova. Elemen-elemen berat seperti besi, emas, dan uranium, adalah diciptakan oleh supernova.
Ketika Poznanski dan timnya memeriksa ulang data 2002 pada tahun ini, mereka menyadari bahwa mereka menemukan sesuatu yang baru. Spektrum cahaya -yang dihasilkan oleh setiap ledakan supernova- tidak cocok dengan tipe-tipe supernova yang sudah diketahui. Hal itu menunjukkan adanya helium dalam jumlah besar dan petunjuk adanya metal vanadium.
Poznanski dan Mohan Ganeshalingam, seorang mahasiswa lulusan UC Berkeley menganalisa bagaimana sebuah objek yang diberi nama SN 2002bj, menjadi bersinar terang dan memudar seiring waktu.
“Kecepatannya (dari bersinar terang sampai memudar) tiga sampai empat kali lebih cepat dari supernova pada umumnya,” tutur Poznanski. “Kebanyakan menghilang dalam 20 hari. Intensitas terangnya akan menurun seperti batu yang runtuh.”
Christopher Stubbs, kepala Jurusan Fisika di Harvard University, dalam gurauannya menyatakan bahwa ledakan itu sebuah supernova “.Ia” (titik satu A), karena sepersepuluh lebih terang dari supernova tipe Ia.
Peneliti kemudian menyadari bahwa tipe ledakan ini cocok dengan gambaran dari ledakan tipe baru yang sebelumnya pernah diajukan pada 2007 oleh sebuah kelom-pok yang dipimpin Lars Bildsten dari Kavli Institute for Theoretical Physics di UC Santa Barbara. Teoritis penelitian Bildsten didukung oleh NSF, memeriksa apa yang akan terjadi apabila 2 buah bintang kerdil putih yang ultra padat saling mengorbit satu sama lain.
Bintang kerdil putih adalah akhir dari bintang seperti matahari, dimana massa dari keseluruhan bintang menyusut menjadi seukuran Bumi. Jika 2 buah bintang kerdil putih saling mengorbit satu sama lain secara berdekatan , maka materinya akan mengalir dari satu bintang ke lainnya dan membentuk lapisan tebal yang terdiri dari helium pada bintang kedua. Pada kondisi tertentu lapisan ini akan meledak dalam ledakan termo-nuklir.
Bildsten dan timnya menghitung bagaimana gambaran dari ledakan itu. Pada awalnya, akan seperti supernova biasa, tapi kemunculannya lebih cepat dan hanya sepersepuluh terangnya. Ledakan itu akan melemparkan helium dan vanadium dalam jumlah besar ke luar angkasa.
“Kami pikir ini mungkin akan menjadi mekanisme ledakan fisika yang baru, tidak hanya melulu tipe ledakan yang itu-itu saja,” kata Alex Filippenko, seorang professor astronomi dari UC Berkeley serta penulis penelitian. “Hal itu mengasah selera saya akan apa lagi yang akan kami temukan berikutnya.

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords