Rabu, 02 Februari 2011

Harapan Baru bagi Mereka yang Memiliki Waktu Tidur Tidak Tetap


alt
Bekerja pada malam hari dapat membunuh anda. (FLICKR.COM)
Para peneliti di University of California, Irvine berhasil mengidentifikasi perubahan kimia yang menggerakkan mekanisme genetika untuk mengatur jam tubuh internal.
Penemuan yang membongkar informasi paling spesifik mengenai ritme sirkulasi tubuh harian tersebut mengidentifikasi sebuah sasaran tepat bagi industri farmasi baru yang dapat mengatasi ketidak-teraturan waktu tidur dan berbagai penyakit sampingan.
Paolo Sassone-Corsi, Professor sekaligus kepala farmasi dari University of California, menemukan bahwa sebuah asam amino tunggal mampu menggerakkan gen-gen yang mengatur ritme sirkulasi dalam tubuh.
Asam amino ini me-rupakan balok-balok pembentuk protein, dan Sassone-Corsi cukup kaget karena menemukan bahwa ternyata hanya sebuah asam amino tunggal yang menggerakkan mekanisme jam tubuh, mungkin karena  sekumpulan gen yang rumit ikut terlibat.
“Karena aksi penggerak ini sangat spesifik, kelihatannya ini merupakan sebuah sasaran senyawa sempurna yang dapat mengatur aktivitas ini,” kata Sassone-Corsi. “Selalu menyenangkan melihat bagaimana kendali molekul sangat diperlukan dalam hal biologi.”
Ritme Sirkulasi merupakan sistem pengaturan jam tubuh, fungsinya untuk mengantisipasi perubahan lingkungan dan agar tubuh dapat beradaptasi dengan waktu harian. Sistem ini mengatur sekumpulan fungsi tubuh, mulai dari cara tidur dan kontrol hormon hingga metabolisme dan tingkah laku.
Sekitar 10 hingga 15 persen dari seluruh gen manusia dikendalikan oleh ritme sirkulasi ini. Gangguan terhadap ritme sirkulasi dapat berpengaruh besar pada kesehatan manusia yang selama ini dikaitkan dengan insomnia, depresi, sakit jantung, kanker dan penurunan kepekaan saraf.
Dalam studinya, Sassone-Corsi dan rekan-rekan mempelajari bahwa sebuah asam amino tunggal di dalam protein BMAL1 mengalami sebuah perubahan yang memicu rantai genetik pada proses ritme sirkulasi.
Saat ini, Sassone-Corsi sedang menguji antibodi yang dapat mempengaruhi aktivitas asam amino BMAL1.
Studi ini muncul di jurnal Nature edisi 13 Desember 2007.
Jun Hirayama, Saurabh Sahar, Benedetto Grimaldi dan Yasukazu Nakahata dari University of California Irvine, serta Teruya Tamaru dan Ken Takamatsu dari Toho University di Tokyo berpartisipasi dalam studi ini, mereka didukung oleh Komite Koordinasi Penelitian Kanker dari University of California dan Institut Kesehatan Nasional.

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords