Rabu, 02 Februari 2011

Kisah Punahnya Baiji (Lumba-Lumba Putih China)


alt
Beberapa spesies hewan yang telah hidup selama puluhan juta tahun di Sungai Yangtze, China, kini terus menghadapi ancaman kepunahan seiring meningkatnya taraf pencemaran dan polusi di sepanjang sungai ini. Lumba-lumba putih ini merupakan spesies yang telah punah. (GETTY IMAGES)

Sungai Yangtze yang agung. Sebuah wilayah perairan terluas dan terbesar di China merupakan habitat paling sempurna bagi lumba-lumba putih yang telah mendiami perairan ini selama 20 juta tahun.

Namun belakangan ini, perkembangan teknologi yang pesat di daerah ini telah membawa dampak yang terlalu berat bagi mamalia ini. Lumba-lumba putih China, yang juga disebut "Dewi Sungai Yangtze" dalam legenda China kuno, telah hidup berdampingan dengan manusia selama ribuan tahun.
Namun hubungan indah ini harus berakhir dengan tiba-tiba karena reformasi ekonomi yang membawa teknologi produksi baru serta polusi besar-besaran di Sungai Yangtze telah menyapu habis spesies unik ini.
Kini lumba-lumba putih Lipotes Vexillifer (dikenal dengan sebutan Baiji di China), hanya dapat dilihat dalam gambar. Sejumlah kecil kerangka hewan ini masih tersisa namun kini hanya tinggal dalam puisi. Dengan berat sekitar 220 pon dan panjang mencapai 8 kaki, makhluk kharismatik ini berenang mengitari sungai yang panjangnya 3.900 mil sambil mengeluarkan suara decit yang unik.
Meski indera penglihatan mereka tidak sempurna, namun lumba-lumba putih ini memiliki fenomena sensor jarak jauh yang memungkinkan mereka menemukan makanan dan secara efektif menyesuaikan pergolakan air di Sungai Yangtze. Di samping itu, hewan ini juga mengembangkan sebuah sistem sosial yang kompleks seperti setiap lumba-lumba memiliki bunyi khas tersendiri yang mampu berperan sebagai pengenal nama masing-masing.
Kisah kebesaran lumba-lumba putih di perairan timur ini merupakan kisah yang telah ada sejak dulu kala, namun, campur tangan manusia dalam beberapa tahun terakhir ini cukup membuat lumba-lumba bermulut besar ini menghilang dari bumi. Meningkatnya pencemaran di Sungai Yangtze, kecelakaan kapal, serta semakin berkurangnya persediaan makanan di Sungai Yangtze, sudah cukup membawa kondisi yang terlalu berat bagi lumba-lumba putih ini.
Diduga bahwa suara bising yang ditimbulkan oleh kapal motor yang melintas menyebabkan kepanikan di antara spesies-spesies, membuat beberapa di antara mereka terisolasi dari kelompoknya. Metode penangkapan ikan dengan menggunakan jaring listrik atau kail tajam termasuk juga yang mengancam kehidupan spesies-spesies yang tinggal  dalam sungai ini.
Menurut catatan kuno dari Dinasti Han (202 tahun sebelum masehi - 220 tahun sesudah masehi), populasi lumba-lumba putih di kala itu sangat berlimpah. Berabad-abad kemudian, pada 1979, hewan ini ditempatkan pada daftar spesies yang terancam punah.
Pada 1990, populasi hewan ini telah menyusut hingga tersisa 200 ekor. Seiring dengan pembangunan "Bendungan Tiga Ngarai" pada 1994 serta peningkatan polusi yang pesat di Sungai Yangtze, populasi lumba-lumba putih yang hanya 200 ekor ini pun menurun drastis dari waktu ke waktu.
Pada 1998, lumba-lumba putih China diperkirakan hanya tersisa 7 ekor. Ketika pengairan "Bendungan Tiga Ngarai" mulai dioperasikan pada 2003, lumba-lumba putih ini sudah tidak terlihat lagi. Sejumlah penampakan langka dari lumba-lumba ini pun masih dipertanyakan kebenarannya.
Pada November 2007, diadakan sebuah ekspedisi untuk mencari lumba-lumba putih China yang masih hidup, hasilnya pun sangat menyedihkan. Selama tujuh bulan keberadaan lumba-lumba putih Sungai Yangtze ini dilacak dengan peralatan canggih, termasuk kamera dan mikrofon bawah laut, namun suara-suara ceria dari lumba-lumba ini tidak pernah terdengar, lumba-lumba putih telah meninggalkan dunia selamanya.
Kisah tragis dari lumba-lumba putih ini meninggalkan pelajaran yang mendalam bagi umat manusia. Tapi apakah ada yang peduli? Sungai Yangtze kini menjadi saksi bisu dari penderitaan salah satu spesies lainnya, Ikan Spatula. Seperti lumba-lumba putih China, Ikan Spatula juga hidup di perairan Yangtze selama jutaan tahun.
Meskipun demikian, para pengamat lingkungan hidup masih merasa minimnya tindakan pelestarian atas spesies tersebut. Banyak yang mengkhawatirkan spesies Ikan Spatula, beserta sejumlah spesies lainnya yang hidup di Sungai Yangtze, akan segera menemui nasib yang sama seperti lumba-lumba putih China. 

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords