John Calvin
Diambil dari Corpus Reformatum, Calvini Opera, vol. 46, hal. 943-954,
yang diterjemahkan dari bahasa Perancis dan Latin
ke bahasa Inggris oleh Leroy Nixon,
dalam buku The Deity of Christ and Other Sermons, Audubon, New Jersey:
Old Path Publication, 1997, hal. 184-196
Diambil dari Corpus Reformatum, Calvini Opera, vol. 46, hal. 943-954,
yang diterjemahkan dari bahasa Perancis dan Latin
ke bahasa Inggris oleh Leroy Nixon,
dalam buku The Deity of Christ and Other Sermons, Audubon, New Jersey:
Old Path Publication, 1997, hal. 184-196
Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain menengok kubur itu.
Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya, lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.
Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu, "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."
Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata, "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
Maka kata Yesus kepada mereka, "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."
(Mat. 28:1-10)
Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya, lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.
Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu, "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."
Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata, "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
Maka kata Yesus kepada mereka, "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."
(Mat. 28:1-10)
Sekilas, orang akan menemukan keganjilan mengapa Tuhan Yesus dalam membuktikan kebangkitan-Nya, lebih memilih menampakkan diri-Nya kepada perempuan-perempuan daripada kepada para murid-Nya? Dalam hal inilah kita melihat, bahwa Ia ingin menunjukkan kerendahan hati dari iman kita. Kita tidak boleh mendasarkan iman kita pada hikmat manusia, tetapi harus menerimanya di dalam ketaatan yang mutlak pada apa yang kita ketahui melalui Dia. Selain itu, ketika Ia mengirim perempuan-perempuan itu kepada para murid-Nya untuk mengajar mereka, tidak diragukan lagi bahwa Ia ingin menghakimi para murid-Nya, sebab pengajaran yang telah mereka terima dari mulut-Nya menjadi tidak berguna ketika mereka diuji. Karena lihatlah, bagaimana mereka tercerai-berai; mereka meninggalkan Guru mereka. Mereka dibingungkan oleh ketakutan. Dan kebaikan apakah yang telah terjadi pada mereka yang telah berada lebih dari 3 tahun di dalam sekolah dari Anak Allah itu? Begitu pengecutnya mereka. Maka sepantasnyalah mereka dihukum berat, bahkan boleh diambil seluruh pengetahuan yang telah diterima sebelumnya; karena mereka seperti telah menginjak-injak pengetahuan itu di bawah kaki mereka dan menguburkannya.
Tuhan Yesus tidak ingin menghukum mereka sedemikian berat. Kesalahan mereka dihukum dengan suatu koreksi yang lembut, yaitu Ia menunjuk perempuan-perempuan itu untuk menjadi guru mereka. Para rasul telah dipilih sebelumnya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (jadi mereka sesungguhnya adalah guru-guru pertama dari gereja), tetapi mereka begitu pengecut dan ditemukan tercerai-berai, sepertinya iman mereka telah mati. Hal ini seharusnya menyadarkan akan ketidaklayakan mereka untuk mendengar pengajaran apapun dari mulut Tuhan kita Yesus Kristus, karena itu pengumuman tersebut diterima dari perempuan-perempuan itu untuk lebih menyadarkan akan kesalahan mereka; dan Tuhan Yesus Kristus memulihkan mereka kembali kepada posisi dan hak istimewa yang hanya berdasarkan anugerah.
Selain itu, bagi kita semua didesak untuk menerima kesaksian yang dikirim oleh Allah, bahkan jika orang-orang yang menyampaikan itu kurang penting atau mereka tidak memiliki penghargaan atau reputasi dalam mata dunia. Sebagaimana dalam fakta, ketika seseorang dipilih atau ditunjuk untuk menjadi notaris atau pejabat negeri, apa yang mereka lakukan diterima sebagai hal yang otentik. Seseorang tidak akan mengatakan ini atau itu untuk menentangnya, sebab jabatan itu memberikan kepadanya respek di antara manusia. Dan apakah Allah memiliki kehormatan yang lebih rendah daripada raja-raja dunia, jika Ia mentahbiskan orang yang hanya kepada mereka Ia berkenan untuk menjadi saksi-saksi-Nya, yang dari-Nya seseorang menerima apa saja yang harus dikatakan tanpa kontradiksi dan sahutan? Tentu ini merupakan hal yang seharusnya. Jika tidak demikian, maka berarti kita ingin memberontak, bahkan melawan Allah sendiri. Inilah yang harus kita ingat di dalam hal yang pertama ini.
Marilah kita perhatikan, meskipun Tuhan kita Yesus Kristus menampakkan diri kepada perempuan-perempuan dan mereka mendapat kehormatan yang pertama, Ia sendiri memberikan kesaksian yang cukup untuk kebangkitan-Nya. Jika kita tidak menutup mata dan telinga dengan kejahatan tertentu dan hati menjadi bodoh, maka kita memiliki kepastian yang berlimpah akan pernyataan iman tentang kebangkitan, yang merupakan hal yang sangat penting. Sebab ketika Rasul Paulus membuktikan ketidakpercayaan mereka yang meragukan kebangkitan Kristus, ia menyebutkan bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya tidak hanya kepada perempuan-perempuan, tapi juga kepada Petrus dan Yakobus, 12 rasul, dan kemudian bahkan lebih dari 500 murid-murid lainnya. Karena itu, bagaimana mungkin kita memaafkan kejahatan dan pemberontakan kita, jika kita tidak mempercayai lebih dari 500 saksi yang dipilih bukan oleh manusia tetapi dari kedaulatan Allah yang Mulia?
Dan kebangkitan ini bukan hanya satu kali diberitahukan kepada mereka, tetapi beberapa kali, namun para rasul masih meragukannya. Dengan demikian apa yang telah diragukan dan tidak dipercayai oleh para rasul sebelumnya (namun sekarang telah mempercayainya), seharusnya memberikan kepada kita konfirmasi yang lebih besar lagi. Jika pada penampakkan yang pertama, mereka telah percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus, orang mungkin mengatakan hal itu tanpa bukti dan sangat sederhana. Tetapi para rasul begitu lambat, sehingga Yesus Kristus harus mencela mereka sebagai orang bodoh dan tidak beriman serta tidak mengerti. Para rasul yang tidak siap untuk menerima pernyataan iman ini, seharusnya membuat kita lebih yakin lagi. Sebab kebangkitan ini diberikan kepada mereka sebagai alasan yang sangat kuat, maka seharusnya kita mengikutinya.
Seperti dikatakan kepada Tomas, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya." Maka sekarang, ketika berbicara bahwa Tuhan Yesus Kristus menampakkan diri kepada kedua orang wanita, marilah kita memikirkan dari apa yang dikatakan bagian Alkitab lain yang ditulis oleh Rasul Paulus, bahwa kita harus tahu, kita tidak perlu tersandung, tetapi harus lebih memandang ke atas dan menaklukkan diri kita kepada Allah, yang memiliki segala superioritas dan menaklukkan di bawah firman-Nya. Sebab jika kita tidak dapat diajar, pastilah kita tidak akan pernah mendapat manfaat dari pengajaran Injil. Dan tidak dapat dikatakan bodoh ketika kita menerima apa yang Allah katakan dan nyatakan kepada kita. Sebab ketika akan belajar dengan ketaatan untuk mendapatkan manfaat dari sekolah-Nya dan di dalam iman, kita akan tahu bahwa kesempurnaan dari segala hikmat adalah menjadi taat kepada Dia.
Namum kita harus juga memperhatikan apa yang Matius katakan: Seorang malaikat muncul dan membuat para penjaga ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. Para wanita juga gentar ketakutan, tetapi malaikat tersebut menolong meredakan ketakutan mereka. Malaikat itu berkata, "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya." Di sini terlihat bagaimana Allah menerima cinta dan semangat dari para wanita tersebut, tetapi Dia juga mengoreksi apa yang tidak diakui-Nya. Maksudnya bahwa Ia mengoreksinya melalui perkataan malaikat yang hadir di dalam nama-Nya. Kita telah mengatakan bahwa adalah karena kebaikan Allah semata-mata, Dia menerima pelayanan kita yang tidak sempurna. Ia menerima apa yang tidak berarti, sama seperti seorang ayah menerima anak-anaknya. Allah benar-benar murah hati kepada kita. Tetapi sebaliknya, Ia tidak menghendaki manusia untuk bersenang-senang dan menganggap remeh kesalahan mereka. Karena itu, malaikat tersebut mengoreksi kesalahan para wanita itu. Walaupun mereka mempunyai maksud yang baik, namun mereka tetap dihukum atas kesalahan mereka. Lukas menyatakan bahwa mereka mendapat teguran keras: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup dari antara orang mati?"
Di sini, kita juga harus memperhatikan bahwa para penjaga tersebut, sebagai orang-orang fasik dan yang tidak percaya, yang tidak takut akan Tuhan dan yang tidak beragama, diliputi ketakutan yang amat sangat. Para wanita tersebut juga merasa takut, tetapi mereka menerima penghiburan. Lihatlah, betapa dahsyatnya kemuliaan Tuhan kepada mereka yang melihatnya. Kita merasakan kelemahan kita sewaktu Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita. Kita merasa congkak dan berani. Tetapi pada waktu Tuhan Allah memberikan tanda akan kehadiran-Nya kepada kita, tidak dapat lagi kita merasa bahwa kita adalah manusia yang garang, kita sudah barangtentu akan merasa hancur dan menyadari akan kondisi kita bahwa kita adalah debu semata-mata, bahwa semua kebajikan kita sama seperti uap yang hanyut menghilang.
Hal ini berlaku untuk semua orang, untuk orang baik maupun orang fasik. Selain itu pula, saat orang-orang yang tidak percaya merasa takut akan Tuhan Allah, Ia membiarkan mereka - sebagai orang-orang fasik - sebab mereka tidak layak untuk merasakan kebaikan-Nya di dalam segala hal. Karena itu, mereka melarikan diri dari kehadiran-Nya. Mereka begitu marah dan kehilangan pengertian dan akal budi, menjadikan diri mereka sebagai orang yang kasar. Orang-orang yang setia, setelah mengalami ketakutan, memberanikan dirinya dan bangkit, karena Tuhan Allah menghibur dan memberikan mereka kesukaan. Rasa takut yang dialami oleh orang-orang yang setia di dalam hadirat Tuhan Allah, merupakan langkah pertama di dalam kerendahan hati, dimana mereka memberikan penghormatan dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan menyadari bahwa mereka tidak berarti apa-apa, sehingga mereka mencari kebaikan hanya di dalam Dia saja.
Hal inilah yang menyebabkan seorang malaikat berkata, "Jangan takut." Kata ini perlu untuk mendapatkan perhatian. Seperti Ia mengatakan, "Aku membiarkan mereka di dalam kebingungan, karena mereka tidak layak atas belas kasihan, tetapi sekarang Aku tertuju kepadamu dan membawa berita kesukaan kepadamu." Sebab itu, lepaskanlah dirimu dari ketakutan, karena kamu mencari Yesus Kristus. Karena hal ini benar adanya, marilah kita belajar mencari Tuhan Yesus, tidak dalam kekerasan hati, seperti halnya para wanita yang disebutkan di sini. Marilah kita dengan iman datang kepada-Nya, tanpa berpura-pura. Hendaknya kita yakin dengan melakukan hal ini bahwa pesan ini ditujukan kepada kita.
Kita harus datang dengan berani tanpa takut. Bukan berarti tanpa rasa hormat (karena kita harus dipenuhi oleh rasa takut akan Dia di dalam memuja kemuliaan Allah). Tetapi hendaknya kita tidak perlu merasa takut seperti diliputi oleh rasa tidak percaya. Biarlah kita juga mengetahui, bahwa Anak Allah akan menyesuaikan diri-Nya dengan keterbatasan kita pada saat kita datang kepada-Nya dalam iman. Kita akan menemukan bahwa Dia adalah sumber penghiburan dan kesukaan.
Namun, para wanita tersebut pergi dengan kesukaan dan juga ketakutan yang amat sangat. Kelemahan iman mereka ditunjukkan lagi di sini. Walaupun maksud yang mereka inginkan baik, tetapi mereka tidak mengambil jalan yang benar, seperti yang telah kita pelajari dari fakta bahwa mereka orang yang tidak mempunyai keberanian, dan mereka tidak bisa memutuskan untuk mempercayai atau tidak mempercayai akan kebangkitan. Sekalipun mereka telah mendengarkan berulang-ulang, mereka masih tidak mampu mengatasi perasaan bahwa mereka tidak perlu lagi untuk mencari Tuhan Yesus di kuburan. Perlu dicatat bahwa hal ini berasal dari ketakutan.
Kita mengerti bahwa ini merupakan perasaan yang salah. Memang benar bahwa kita harus takut akan Allah, memberikan penghormatan terhadap kemuliaan-Nya, mematuhi-Nya, serta merendahkan diri sepenuhnya, sehingga Ia boleh diagungkan di dalam kemuliaan-Nya; setiap mulut ditutup, supaya hanya Dia sendirilah yang boleh diakui sebagai yang benar, bijaksana, dan berkuasa. Tetapi ketakutan yang disebutkan di sini, di bagian kedua, adalah hal jahat yang perlu dihukum, yang disebabkan oleh kebingungan para wanita tersebut. Meskipun mereka dapat melihat dan mendengar malaikat berbicara, bagi mereka kelihatannya seperti mimpi.
Dari hal ini, kita diperingatkan bahwa Allah seringkali bekerja di dalam diri kita pada saat kita tidak merasa apakah kita bisa mendapatkan manfaatnya atau tidak. Oleh karena banyaknya ketidaktahuan dalam diri kita, seolah-olah seperti awan yang menghalangi kita untuk dapat mengerti dengan jelas dan kita dijerat dengan banyak angan-angan. Secara singkat, kelihatannya seluruh pengajaran akan Allah seperti tidak berarti.
Namun demikian, kita mendapatkan pengertian, dimana kita merasa Allah bekerja di dalam hati kita. Walaupun kita hanya memiliki sedikit tanda anugerah, biarlah kita tidak kehilangan keteguhan hati kita. Marilah kita berdoa kepada Allah, sehingga Dia boleh menambahkan sedikit dari apa yang telah dimulai-Nya, membuat kita percaya, dan meyakinkan kita sampai kita dibawa pada kesempurnaan. Walaupun kenyataannya para wanita tersebut diliputi oleh ketakutan dan kesukaan, kita melihat bahwa Allah selalu menguasai mereka dengan Roh Kudus-Nya, dan bahwa pesan yang disampaikan malaikat kepada mereka berguna seluruhnya.
Tuhan Yesus menampakkan diri kepada mereka di perjalanan, dan berkata kepada mereka, "Jangan takut, tapi pergilah, beritahukanlah kepada saudara-saudara-Ku untuk berkumpul bersama di Galilea dan di sana kalian akan melihat Aku." Kita dapat mengerti dengan lebih baik akan bagian ini tentang bagaimana Anak Allah membawa kita untuk datang kepada-Nya sampai kita yakin sepenuhnya bahwa kita memerlukan-Nya. Sudah cukuplah bagi para wanita tersebut mendengarkan pesan dari malaikat, karena Ia menunjukkan bahwa Ia diutus oleh Allah. Wajah-Nya bagaikan kilat. Memang benar bahwa jubah-Nya yang putih dan hal lain yang serupa itu tidak mengungkapkan dengan gamblang kemuliaan Allah. Namun, para wanita ini mempunyai suatu kesaksian yang sungguh, bahwa bukanlah seorang manusia biasa yang berbicara, melainkan malaikat dari surga. Kesaksian ini sudahlah cukup bagi mereka. Tetapi kepastian yang lebih besar dialami sewaktu mereka melihat Tuhan Yesus yang mereka kenal pertama kali sebagai Anak Allah, dan Kebenaran-Nya yang tidak berubah.
Inilah yang mensahkan lebih jelas mengenai apa yang telah mereka dengar dari malaikat. Dan hal ini juga yang membuat kita bertumbuh dalam iman. Karena dari saat permulaan kita tidak mengetahui akan kekuatan dan keampuhan firman Tuhan. Tetapi kalau seseorang mengajarkan kita dan kita belajar akan hal tersebut, adalah hampir tak berarti. Namun Roh Kudus-Nya memberikan kesan kepada diri kita sedikit demi sedikit, yang pada akhirnya Dia menunjukkan kepada kita bahwa Dialah yang berbicara. Dan kita memutuskan bahwa tidak hanya kita memiliki pengetahuan, tetapi kita juga diyakinkan bilamana setan merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan kita, dia tidak mampu menggoyahkan iman kita karena keyakinan yang kita miliki: yaitu bahwa Anak Allah adalah Pengajar kita dan kita bersandar pada-Nya dengan menyadari bahwa Dia menguasai sepenuhnya kehidupan kita dan Dia berhak atas seluruh kedaulatan pemerintahan.
Kita melihat hal ini pada wanita-wanita tersebut. Memang benar bahwa Allah tidak bekerja dengan cara yang sama di dalam segala hal. Beberapa dari antara mereka merasa tertarik pada kenyataan bahwa mereka menganggap Allah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Tetapi seringkali kita diajarkan bahwa kekasaran dan kelemahan kita akan nampak jelas terlihat, sehingga kita dapat diingatkan untuk memuliakan Allah dan mengakui bahwa kita memiliki segalanya hanya oleh karena Dia.
Marilah kita sekarang memikirkan Firman Tuhan yang telah kita bahas, "Pergilah, beritahukanlah kepada saudara-saudara-Ku untuk menemui Aku di Galilea." Kita melihat bahwa Anak Allah muncul kepada Maria dan rekan-rekannya, tidak hanya untuk menyatakan diri-Nya kepada tujuh atau delapan orang saja, tetapi Ia berkeinginan supaya pesan ini diberitakan kepada para rasul, dan bisa disampaikan kepada kita, sehingga kita juga dapat membagikannya kepada orang lain. Kenyataannya, tanpa hal tersebut, apa keuntungan cerita akan Kebangkitan bagi kita?
Kita mendapatkan gambaran yang lebih baik pada kenyataan bahwa Anak Allah memanifestasikan diri-Nya, dan Ia menginginkan supaya hal ini diberitakan ke seluruh dunia. Marilah kita yakin bahwa Tuhan Yesus menginginkan kita memperoleh kepastian akan Kebangkitan-Nya, sebab di dalam kebangkitan inilah seluruh harapan dan kebenaran kita boleh bersandar; bilamana kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus telah bangkit. Dia tidak hanya membersihkan kita dari segala kenajisan kita dengan Kematian-Nya, tetapi juga Dia tidak dapat tinggal dalam keadaan lemah seperti itu. Ia perlu menunjukkan kuasa Roh Kudus-Nya, dan Ia harus menyatakan Anak Allah bangkit dari kematian, seperti yang dinyatakan Rasul Paulus pada pasal pertama Kitab Roma, dan juga pada bagian-bagian lain. Sebab itu, kita sekarang dapat diyakinkan bahwa Tuhan Yesus yang sudah dibangkitkan menginginkan kita untuk datang kepada-Nya dan jalan boleh terbuka bagi kita. Dan Ia tidak menunggu kita untuk mencari-Nya, tetapi Ia telah menyediakan jalan pada waktu Ia memanggil kita melalui pemberitaan Injil, dan bahwa pesan ini boleh diberitakan oleh orang-orang yang telah dipilih-Nya. Biarlah sekarang kita boleh mengakui dengan membagikan kebenaran yang kita miliki di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, mencapai kemuliaan surga karena Ia tidak menghendaki kita terpisah dengan-Nya.
Karena itu Ia memanggil murid-murid-Nya sebagai saudara-saudara-Nya. Sudah barangtentu ini merupakan suatu gelar yang terhormat. Hal ini Ia berikan kepada mereka yang adalah hamba-hamba-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa Ia menggunakan kata ini untuk menunjukkan hubungan persaudaraan yang ingin Ia teruskan kepada mereka. Dan Ia juga bersatu dengan kita, seperti yang telah dinyatakan oleh Rasul Yohanes. Kita digerakkan oleh pernyataan di dalam Kitab Mazmur 22, di mana bagian ini diambil: Aku akan menyatakan nama-Ku kepada saudara-saudara-Ku; tidak hanya keduabelas rasul yang terpanggil sebagai saudara Yesus Kristus, tetapi melimpahkan suatu panggilan kepada kita semua yang mengikuti Anak Allah, dan Ia berkeinginan supaya kita membagikan kehormatan tersebut.
Karena itu, pada waktu Tuhan Yesus berkata, "Aku akan pergi kepada Allah-Ku dan kepada Allahmu, kepada Bapa-Ku dan kepada Bapamu," perkataan ini ditujukan bukan kepada sekelompok grup, tetapi ditujukan kepada banyak orang percaya. Tuhan Yesus kita, sekalipun Ia Allah kita yang kekal, melakukan yang terbaik di dalam kekuatan-Nya sebagai Pengantara, merendahkan diri-Nya untuk berada dekat dengan kita. Karena walaupun sifat-Nya sebagai Anak Allah yang mengangkat kita dengan anugerah (persekutuan kekal), Dia merupakan Bapa kita Tuhan Yesus Kristus. Melalui Dialah kita berada pada aspek yang berbeda. Karena kita tidak perlu ditinggikan setinggi Dia. Kiranya tidak ada kebingungan di sini. Jikalau pada tubuh manusia, kepala tidak berada di atas anggota-anggota tubuh lainnya, maka sudah tentu merupakan hal yang ganjil dan kacau. Adalah masuk akal juga bahwa Tuhan Yesus sudah seharusnya menempatkan posisinya yang berdaulat, sebab Ia adalah Anak Allah.
Tapi ini tidak berarti bahwa kita terhindar bersekutu dengan-Nya di dalam persaudaraan, sehingga kita bisa berseru kepada-Nya dengan penuh keberanian dan keyakinan Ia akan menjawab kita, sebab kita memiliki hubungan pribadi dan jalan kepada Dia. Kita mengerti arti dari kata yang Tuhan Yesus ucapkan sewaktu Ia memanggil 'saudara' kepada murid-murid-Nya, yang mana saat ini kita mempunyai hak yang sama seperti mereka melalui iman. Dan ini tidak menurunkan kekuasaan dan kemuliaan Anak Allah, pada saat Ia menyatukan diri-Nya dengan makhluk yang buruk seperti kita, dan Ia memiliki kehendak untuk berada bersama kita.
Sudah selayaknya kita dipenuhi dengan kesukaan, sewaktu kita mengerti kebaikan yang Ia tunjukkan. Ia telah memperoleh kemuliaan surga bagi kita pada saat Ia bangkit dari antara orang mati. Ia juga telah merendahkan diri-Nya bagi kita, dengan rela mengosongkan diri-Nya dengan mengakui kita sebagai saudara-Nya - kita boleh datang kepada-Nya. Biarlah kita mencari Dia, serta datang kepada-Nya dengan penuh keyakinan. Seseorang dapat berkata bahwa Ia tidak hanya memakai perkataan-Nya untuk menarik kita, tetapi Ia menambahkan sakramen yang jelas, sehingga kita dipimpin-Nya sewaktu kita mengikuti-Nya. Kenyataannya, kita tidak dapat berdalih akan kemunduran kita, jika kita tidak datang kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Dengan tujuan apakah Ia mempersiapkan kita? Bukan untuk memuaskan tubuh dan perut kita, walaupun Allah menyatakan bahwa Ia akan memelihara kita dan Tuhan kita Yesus Kristus menunjukkan bahwa Dialah sesungguhnya terang dunia. Bahkan dalam hal istirahat dan makanan yang kita konsumsi setiap harinya, Tuhan Yesus menyatakan kebaikannya kepada kita. Akan tetapi Tuhan Yesus menunjukkan perhatian-Nya yang khusus melalui persiapan yang telah Ia lakukan bagi kita untuk menyatakan bahwa kita adalah saudara-Nya saat Ia mempersatukan kita dengan-Nya (seperti apa yang dikatakan-Nya dalam Yohanes 17). Ia juga mempersatukan kita dengan Allah Bapa dan menyatakan sepenuhnya kepada kita bahwa Dia sendiri merupakan makanan dan minuman kita, dan bahwa kehidupan kerohanian kita dipelihara sepenuhnya di dalam Dia. Hal ini merupakan hal yang lebih jika Ia memanggil kita saudara seratus kali.
Karena itu hendaklah kita menyadari kesatuan yang kita miliki dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia menghendaki supaya kita mempunyai hidup bersama dengan-Nya. Apa yang Ia miliki merupakan milik kita, bahkan apa yang Ia kehendaki untuk tinggal di dalam kita; bukan imajinasi, tapi pada kenyataan; bukan pada hal keduniawian, tetapi pada hal kerohanian. Dia turut bekerja dengan kekuatan Roh Kudus-Nya, sehingga kita dipersatukan dengan Dia lebih dari anggota-anggota tubuh. Sama seperti akar dari tumbuhan menyalurkan zat serta kekuatannya pada seluruh cabang, demikian juga kita mendapatkan zat dan kehidupan dari Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itulah Rasul Paulus berkata bahwa Domba Allah telah disalibkan dan dikorbankan, sehingga tidak ada lagi yang tertinggal, tetapi kita dapat mengambil bagian dalam pengorbanan.
Sama seperti Hukum Taurat di waktu lampau, di mana korban dipersembahkan, pada masa sekarang kita harus datang dan mengambil makanan rohani kita pada Korban yang telah dipersembahkan untuk penebusan kita ini. Adalah benar bahwa kita tidak memakan daging Yesus Kristus, karena Dia tidak masuk ke dalam diri kita secara jasmani seperti apa yang banyak orang suci bayangkan, tetapi kita menerima roti sebagai tanda bukti yang pasti dan mutlak bahwa Tuhan Yesus memberikan makanan rohani kepada kita melalui tubuh-Nya; kita menerima setetes anggur untuk menunjukkan bahwa kita didukung secara rohani dengan darah Tuhan Yesus Kristus.
Marilah kita menyaksikan dengan baik apa yang Rasul Paulus katakan bahwa di bawah Hukum Taurat tidak diperbolehkan untuk memakan roti yang beragi dan adonan yang pahit. Sekarang kita tidak berada di bawah ketentuan tersebut, tetapi kita harus membuang segala ragi kebencian, kelaliman, dan segala kerusakan, dan memiliki roti yang tidak mengandung kepahitan di dalamnya. Bagaimana caranya? Dengan kemurnian dan ketulusan hati. Sewaktu kita datang menghampiri Meja Kudus ini, di mana Anak Allah menunjukkan pada kita bahwa Dialah makanan rohani kita, dan bahwa Ia memberikan diri-Nya kepada kita secara total, dan Ia menghendaki supaya kita sekarang berpartisipasi di dalam pengorbanan yang telah Ia lakukan bagi kita untuk keselamatan kita.
Kita harus mengerti bahwa kita tidak mengikutsertakan kerusakan dan kekotoran dengan menggabungkannya, tetapi kita meninggalkannya, dan hanya mencari yang disucikan sepenuhnya, sehingga Tuhan Yesus boleh memiliki kita sebagai anggota-anggota tubuh-Nya. Ini berarti bahwa kita boleh ikut serta/mengambil bagian di dalam kehidupan-Nya. Karena itu sekarang, hendaknya kita turut ikut mengambil bagian pada Paskah Suci yang telah dipersiapkan-Nya untuk kita. Yaitu bahwa hal ini membawa kita pada kematian dan kesucian Tuhan kita Yesus Kristus, kemudian pada kebangkitan-Nya, sehingga kita boleh diyakinkan akan kehidupan dan keselamatan karena kemenangan yang telah diperoleh-Nya pada saat Dia bangkit dari kematian, dan bahwa pintu surga telah dibuka bagi kita dan mempersembahkan diri kita di hadapan-Nya, dengan selalu mengetahui bahwa Ia akan menerima kita sebagai anak-anak-Nya.
Tuhan Yesus tidak ingin menghukum mereka sedemikian berat. Kesalahan mereka dihukum dengan suatu koreksi yang lembut, yaitu Ia menunjuk perempuan-perempuan itu untuk menjadi guru mereka. Para rasul telah dipilih sebelumnya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (jadi mereka sesungguhnya adalah guru-guru pertama dari gereja), tetapi mereka begitu pengecut dan ditemukan tercerai-berai, sepertinya iman mereka telah mati. Hal ini seharusnya menyadarkan akan ketidaklayakan mereka untuk mendengar pengajaran apapun dari mulut Tuhan kita Yesus Kristus, karena itu pengumuman tersebut diterima dari perempuan-perempuan itu untuk lebih menyadarkan akan kesalahan mereka; dan Tuhan Yesus Kristus memulihkan mereka kembali kepada posisi dan hak istimewa yang hanya berdasarkan anugerah.
Selain itu, bagi kita semua didesak untuk menerima kesaksian yang dikirim oleh Allah, bahkan jika orang-orang yang menyampaikan itu kurang penting atau mereka tidak memiliki penghargaan atau reputasi dalam mata dunia. Sebagaimana dalam fakta, ketika seseorang dipilih atau ditunjuk untuk menjadi notaris atau pejabat negeri, apa yang mereka lakukan diterima sebagai hal yang otentik. Seseorang tidak akan mengatakan ini atau itu untuk menentangnya, sebab jabatan itu memberikan kepadanya respek di antara manusia. Dan apakah Allah memiliki kehormatan yang lebih rendah daripada raja-raja dunia, jika Ia mentahbiskan orang yang hanya kepada mereka Ia berkenan untuk menjadi saksi-saksi-Nya, yang dari-Nya seseorang menerima apa saja yang harus dikatakan tanpa kontradiksi dan sahutan? Tentu ini merupakan hal yang seharusnya. Jika tidak demikian, maka berarti kita ingin memberontak, bahkan melawan Allah sendiri. Inilah yang harus kita ingat di dalam hal yang pertama ini.
Marilah kita perhatikan, meskipun Tuhan kita Yesus Kristus menampakkan diri kepada perempuan-perempuan dan mereka mendapat kehormatan yang pertama, Ia sendiri memberikan kesaksian yang cukup untuk kebangkitan-Nya. Jika kita tidak menutup mata dan telinga dengan kejahatan tertentu dan hati menjadi bodoh, maka kita memiliki kepastian yang berlimpah akan pernyataan iman tentang kebangkitan, yang merupakan hal yang sangat penting. Sebab ketika Rasul Paulus membuktikan ketidakpercayaan mereka yang meragukan kebangkitan Kristus, ia menyebutkan bahwa Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya tidak hanya kepada perempuan-perempuan, tapi juga kepada Petrus dan Yakobus, 12 rasul, dan kemudian bahkan lebih dari 500 murid-murid lainnya. Karena itu, bagaimana mungkin kita memaafkan kejahatan dan pemberontakan kita, jika kita tidak mempercayai lebih dari 500 saksi yang dipilih bukan oleh manusia tetapi dari kedaulatan Allah yang Mulia?
Dan kebangkitan ini bukan hanya satu kali diberitahukan kepada mereka, tetapi beberapa kali, namun para rasul masih meragukannya. Dengan demikian apa yang telah diragukan dan tidak dipercayai oleh para rasul sebelumnya (namun sekarang telah mempercayainya), seharusnya memberikan kepada kita konfirmasi yang lebih besar lagi. Jika pada penampakkan yang pertama, mereka telah percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus, orang mungkin mengatakan hal itu tanpa bukti dan sangat sederhana. Tetapi para rasul begitu lambat, sehingga Yesus Kristus harus mencela mereka sebagai orang bodoh dan tidak beriman serta tidak mengerti. Para rasul yang tidak siap untuk menerima pernyataan iman ini, seharusnya membuat kita lebih yakin lagi. Sebab kebangkitan ini diberikan kepada mereka sebagai alasan yang sangat kuat, maka seharusnya kita mengikutinya.
Seperti dikatakan kepada Tomas, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya." Maka sekarang, ketika berbicara bahwa Tuhan Yesus Kristus menampakkan diri kepada kedua orang wanita, marilah kita memikirkan dari apa yang dikatakan bagian Alkitab lain yang ditulis oleh Rasul Paulus, bahwa kita harus tahu, kita tidak perlu tersandung, tetapi harus lebih memandang ke atas dan menaklukkan diri kita kepada Allah, yang memiliki segala superioritas dan menaklukkan di bawah firman-Nya. Sebab jika kita tidak dapat diajar, pastilah kita tidak akan pernah mendapat manfaat dari pengajaran Injil. Dan tidak dapat dikatakan bodoh ketika kita menerima apa yang Allah katakan dan nyatakan kepada kita. Sebab ketika akan belajar dengan ketaatan untuk mendapatkan manfaat dari sekolah-Nya dan di dalam iman, kita akan tahu bahwa kesempurnaan dari segala hikmat adalah menjadi taat kepada Dia.
Namum kita harus juga memperhatikan apa yang Matius katakan: Seorang malaikat muncul dan membuat para penjaga ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. Para wanita juga gentar ketakutan, tetapi malaikat tersebut menolong meredakan ketakutan mereka. Malaikat itu berkata, "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya." Di sini terlihat bagaimana Allah menerima cinta dan semangat dari para wanita tersebut, tetapi Dia juga mengoreksi apa yang tidak diakui-Nya. Maksudnya bahwa Ia mengoreksinya melalui perkataan malaikat yang hadir di dalam nama-Nya. Kita telah mengatakan bahwa adalah karena kebaikan Allah semata-mata, Dia menerima pelayanan kita yang tidak sempurna. Ia menerima apa yang tidak berarti, sama seperti seorang ayah menerima anak-anaknya. Allah benar-benar murah hati kepada kita. Tetapi sebaliknya, Ia tidak menghendaki manusia untuk bersenang-senang dan menganggap remeh kesalahan mereka. Karena itu, malaikat tersebut mengoreksi kesalahan para wanita itu. Walaupun mereka mempunyai maksud yang baik, namun mereka tetap dihukum atas kesalahan mereka. Lukas menyatakan bahwa mereka mendapat teguran keras: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup dari antara orang mati?"
Di sini, kita juga harus memperhatikan bahwa para penjaga tersebut, sebagai orang-orang fasik dan yang tidak percaya, yang tidak takut akan Tuhan dan yang tidak beragama, diliputi ketakutan yang amat sangat. Para wanita tersebut juga merasa takut, tetapi mereka menerima penghiburan. Lihatlah, betapa dahsyatnya kemuliaan Tuhan kepada mereka yang melihatnya. Kita merasakan kelemahan kita sewaktu Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita. Kita merasa congkak dan berani. Tetapi pada waktu Tuhan Allah memberikan tanda akan kehadiran-Nya kepada kita, tidak dapat lagi kita merasa bahwa kita adalah manusia yang garang, kita sudah barangtentu akan merasa hancur dan menyadari akan kondisi kita bahwa kita adalah debu semata-mata, bahwa semua kebajikan kita sama seperti uap yang hanyut menghilang.
Hal ini berlaku untuk semua orang, untuk orang baik maupun orang fasik. Selain itu pula, saat orang-orang yang tidak percaya merasa takut akan Tuhan Allah, Ia membiarkan mereka - sebagai orang-orang fasik - sebab mereka tidak layak untuk merasakan kebaikan-Nya di dalam segala hal. Karena itu, mereka melarikan diri dari kehadiran-Nya. Mereka begitu marah dan kehilangan pengertian dan akal budi, menjadikan diri mereka sebagai orang yang kasar. Orang-orang yang setia, setelah mengalami ketakutan, memberanikan dirinya dan bangkit, karena Tuhan Allah menghibur dan memberikan mereka kesukaan. Rasa takut yang dialami oleh orang-orang yang setia di dalam hadirat Tuhan Allah, merupakan langkah pertama di dalam kerendahan hati, dimana mereka memberikan penghormatan dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan menyadari bahwa mereka tidak berarti apa-apa, sehingga mereka mencari kebaikan hanya di dalam Dia saja.
Hal inilah yang menyebabkan seorang malaikat berkata, "Jangan takut." Kata ini perlu untuk mendapatkan perhatian. Seperti Ia mengatakan, "Aku membiarkan mereka di dalam kebingungan, karena mereka tidak layak atas belas kasihan, tetapi sekarang Aku tertuju kepadamu dan membawa berita kesukaan kepadamu." Sebab itu, lepaskanlah dirimu dari ketakutan, karena kamu mencari Yesus Kristus. Karena hal ini benar adanya, marilah kita belajar mencari Tuhan Yesus, tidak dalam kekerasan hati, seperti halnya para wanita yang disebutkan di sini. Marilah kita dengan iman datang kepada-Nya, tanpa berpura-pura. Hendaknya kita yakin dengan melakukan hal ini bahwa pesan ini ditujukan kepada kita.
Kita harus datang dengan berani tanpa takut. Bukan berarti tanpa rasa hormat (karena kita harus dipenuhi oleh rasa takut akan Dia di dalam memuja kemuliaan Allah). Tetapi hendaknya kita tidak perlu merasa takut seperti diliputi oleh rasa tidak percaya. Biarlah kita juga mengetahui, bahwa Anak Allah akan menyesuaikan diri-Nya dengan keterbatasan kita pada saat kita datang kepada-Nya dalam iman. Kita akan menemukan bahwa Dia adalah sumber penghiburan dan kesukaan.
Namun, para wanita tersebut pergi dengan kesukaan dan juga ketakutan yang amat sangat. Kelemahan iman mereka ditunjukkan lagi di sini. Walaupun maksud yang mereka inginkan baik, tetapi mereka tidak mengambil jalan yang benar, seperti yang telah kita pelajari dari fakta bahwa mereka orang yang tidak mempunyai keberanian, dan mereka tidak bisa memutuskan untuk mempercayai atau tidak mempercayai akan kebangkitan. Sekalipun mereka telah mendengarkan berulang-ulang, mereka masih tidak mampu mengatasi perasaan bahwa mereka tidak perlu lagi untuk mencari Tuhan Yesus di kuburan. Perlu dicatat bahwa hal ini berasal dari ketakutan.
Kita mengerti bahwa ini merupakan perasaan yang salah. Memang benar bahwa kita harus takut akan Allah, memberikan penghormatan terhadap kemuliaan-Nya, mematuhi-Nya, serta merendahkan diri sepenuhnya, sehingga Ia boleh diagungkan di dalam kemuliaan-Nya; setiap mulut ditutup, supaya hanya Dia sendirilah yang boleh diakui sebagai yang benar, bijaksana, dan berkuasa. Tetapi ketakutan yang disebutkan di sini, di bagian kedua, adalah hal jahat yang perlu dihukum, yang disebabkan oleh kebingungan para wanita tersebut. Meskipun mereka dapat melihat dan mendengar malaikat berbicara, bagi mereka kelihatannya seperti mimpi.
Dari hal ini, kita diperingatkan bahwa Allah seringkali bekerja di dalam diri kita pada saat kita tidak merasa apakah kita bisa mendapatkan manfaatnya atau tidak. Oleh karena banyaknya ketidaktahuan dalam diri kita, seolah-olah seperti awan yang menghalangi kita untuk dapat mengerti dengan jelas dan kita dijerat dengan banyak angan-angan. Secara singkat, kelihatannya seluruh pengajaran akan Allah seperti tidak berarti.
Namun demikian, kita mendapatkan pengertian, dimana kita merasa Allah bekerja di dalam hati kita. Walaupun kita hanya memiliki sedikit tanda anugerah, biarlah kita tidak kehilangan keteguhan hati kita. Marilah kita berdoa kepada Allah, sehingga Dia boleh menambahkan sedikit dari apa yang telah dimulai-Nya, membuat kita percaya, dan meyakinkan kita sampai kita dibawa pada kesempurnaan. Walaupun kenyataannya para wanita tersebut diliputi oleh ketakutan dan kesukaan, kita melihat bahwa Allah selalu menguasai mereka dengan Roh Kudus-Nya, dan bahwa pesan yang disampaikan malaikat kepada mereka berguna seluruhnya.
Tuhan Yesus menampakkan diri kepada mereka di perjalanan, dan berkata kepada mereka, "Jangan takut, tapi pergilah, beritahukanlah kepada saudara-saudara-Ku untuk berkumpul bersama di Galilea dan di sana kalian akan melihat Aku." Kita dapat mengerti dengan lebih baik akan bagian ini tentang bagaimana Anak Allah membawa kita untuk datang kepada-Nya sampai kita yakin sepenuhnya bahwa kita memerlukan-Nya. Sudah cukuplah bagi para wanita tersebut mendengarkan pesan dari malaikat, karena Ia menunjukkan bahwa Ia diutus oleh Allah. Wajah-Nya bagaikan kilat. Memang benar bahwa jubah-Nya yang putih dan hal lain yang serupa itu tidak mengungkapkan dengan gamblang kemuliaan Allah. Namun, para wanita ini mempunyai suatu kesaksian yang sungguh, bahwa bukanlah seorang manusia biasa yang berbicara, melainkan malaikat dari surga. Kesaksian ini sudahlah cukup bagi mereka. Tetapi kepastian yang lebih besar dialami sewaktu mereka melihat Tuhan Yesus yang mereka kenal pertama kali sebagai Anak Allah, dan Kebenaran-Nya yang tidak berubah.
Inilah yang mensahkan lebih jelas mengenai apa yang telah mereka dengar dari malaikat. Dan hal ini juga yang membuat kita bertumbuh dalam iman. Karena dari saat permulaan kita tidak mengetahui akan kekuatan dan keampuhan firman Tuhan. Tetapi kalau seseorang mengajarkan kita dan kita belajar akan hal tersebut, adalah hampir tak berarti. Namun Roh Kudus-Nya memberikan kesan kepada diri kita sedikit demi sedikit, yang pada akhirnya Dia menunjukkan kepada kita bahwa Dialah yang berbicara. Dan kita memutuskan bahwa tidak hanya kita memiliki pengetahuan, tetapi kita juga diyakinkan bilamana setan merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan kita, dia tidak mampu menggoyahkan iman kita karena keyakinan yang kita miliki: yaitu bahwa Anak Allah adalah Pengajar kita dan kita bersandar pada-Nya dengan menyadari bahwa Dia menguasai sepenuhnya kehidupan kita dan Dia berhak atas seluruh kedaulatan pemerintahan.
Kita melihat hal ini pada wanita-wanita tersebut. Memang benar bahwa Allah tidak bekerja dengan cara yang sama di dalam segala hal. Beberapa dari antara mereka merasa tertarik pada kenyataan bahwa mereka menganggap Allah mempunyai kekuatan yang luar biasa. Tetapi seringkali kita diajarkan bahwa kekasaran dan kelemahan kita akan nampak jelas terlihat, sehingga kita dapat diingatkan untuk memuliakan Allah dan mengakui bahwa kita memiliki segalanya hanya oleh karena Dia.
Marilah kita sekarang memikirkan Firman Tuhan yang telah kita bahas, "Pergilah, beritahukanlah kepada saudara-saudara-Ku untuk menemui Aku di Galilea." Kita melihat bahwa Anak Allah muncul kepada Maria dan rekan-rekannya, tidak hanya untuk menyatakan diri-Nya kepada tujuh atau delapan orang saja, tetapi Ia berkeinginan supaya pesan ini diberitakan kepada para rasul, dan bisa disampaikan kepada kita, sehingga kita juga dapat membagikannya kepada orang lain. Kenyataannya, tanpa hal tersebut, apa keuntungan cerita akan Kebangkitan bagi kita?
Kita mendapatkan gambaran yang lebih baik pada kenyataan bahwa Anak Allah memanifestasikan diri-Nya, dan Ia menginginkan supaya hal ini diberitakan ke seluruh dunia. Marilah kita yakin bahwa Tuhan Yesus menginginkan kita memperoleh kepastian akan Kebangkitan-Nya, sebab di dalam kebangkitan inilah seluruh harapan dan kebenaran kita boleh bersandar; bilamana kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus telah bangkit. Dia tidak hanya membersihkan kita dari segala kenajisan kita dengan Kematian-Nya, tetapi juga Dia tidak dapat tinggal dalam keadaan lemah seperti itu. Ia perlu menunjukkan kuasa Roh Kudus-Nya, dan Ia harus menyatakan Anak Allah bangkit dari kematian, seperti yang dinyatakan Rasul Paulus pada pasal pertama Kitab Roma, dan juga pada bagian-bagian lain. Sebab itu, kita sekarang dapat diyakinkan bahwa Tuhan Yesus yang sudah dibangkitkan menginginkan kita untuk datang kepada-Nya dan jalan boleh terbuka bagi kita. Dan Ia tidak menunggu kita untuk mencari-Nya, tetapi Ia telah menyediakan jalan pada waktu Ia memanggil kita melalui pemberitaan Injil, dan bahwa pesan ini boleh diberitakan oleh orang-orang yang telah dipilih-Nya. Biarlah sekarang kita boleh mengakui dengan membagikan kebenaran yang kita miliki di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, mencapai kemuliaan surga karena Ia tidak menghendaki kita terpisah dengan-Nya.
Karena itu Ia memanggil murid-murid-Nya sebagai saudara-saudara-Nya. Sudah barangtentu ini merupakan suatu gelar yang terhormat. Hal ini Ia berikan kepada mereka yang adalah hamba-hamba-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa Ia menggunakan kata ini untuk menunjukkan hubungan persaudaraan yang ingin Ia teruskan kepada mereka. Dan Ia juga bersatu dengan kita, seperti yang telah dinyatakan oleh Rasul Yohanes. Kita digerakkan oleh pernyataan di dalam Kitab Mazmur 22, di mana bagian ini diambil: Aku akan menyatakan nama-Ku kepada saudara-saudara-Ku; tidak hanya keduabelas rasul yang terpanggil sebagai saudara Yesus Kristus, tetapi melimpahkan suatu panggilan kepada kita semua yang mengikuti Anak Allah, dan Ia berkeinginan supaya kita membagikan kehormatan tersebut.
Karena itu, pada waktu Tuhan Yesus berkata, "Aku akan pergi kepada Allah-Ku dan kepada Allahmu, kepada Bapa-Ku dan kepada Bapamu," perkataan ini ditujukan bukan kepada sekelompok grup, tetapi ditujukan kepada banyak orang percaya. Tuhan Yesus kita, sekalipun Ia Allah kita yang kekal, melakukan yang terbaik di dalam kekuatan-Nya sebagai Pengantara, merendahkan diri-Nya untuk berada dekat dengan kita. Karena walaupun sifat-Nya sebagai Anak Allah yang mengangkat kita dengan anugerah (persekutuan kekal), Dia merupakan Bapa kita Tuhan Yesus Kristus. Melalui Dialah kita berada pada aspek yang berbeda. Karena kita tidak perlu ditinggikan setinggi Dia. Kiranya tidak ada kebingungan di sini. Jikalau pada tubuh manusia, kepala tidak berada di atas anggota-anggota tubuh lainnya, maka sudah tentu merupakan hal yang ganjil dan kacau. Adalah masuk akal juga bahwa Tuhan Yesus sudah seharusnya menempatkan posisinya yang berdaulat, sebab Ia adalah Anak Allah.
Tapi ini tidak berarti bahwa kita terhindar bersekutu dengan-Nya di dalam persaudaraan, sehingga kita bisa berseru kepada-Nya dengan penuh keberanian dan keyakinan Ia akan menjawab kita, sebab kita memiliki hubungan pribadi dan jalan kepada Dia. Kita mengerti arti dari kata yang Tuhan Yesus ucapkan sewaktu Ia memanggil 'saudara' kepada murid-murid-Nya, yang mana saat ini kita mempunyai hak yang sama seperti mereka melalui iman. Dan ini tidak menurunkan kekuasaan dan kemuliaan Anak Allah, pada saat Ia menyatukan diri-Nya dengan makhluk yang buruk seperti kita, dan Ia memiliki kehendak untuk berada bersama kita.
Sudah selayaknya kita dipenuhi dengan kesukaan, sewaktu kita mengerti kebaikan yang Ia tunjukkan. Ia telah memperoleh kemuliaan surga bagi kita pada saat Ia bangkit dari antara orang mati. Ia juga telah merendahkan diri-Nya bagi kita, dengan rela mengosongkan diri-Nya dengan mengakui kita sebagai saudara-Nya - kita boleh datang kepada-Nya. Biarlah kita mencari Dia, serta datang kepada-Nya dengan penuh keyakinan. Seseorang dapat berkata bahwa Ia tidak hanya memakai perkataan-Nya untuk menarik kita, tetapi Ia menambahkan sakramen yang jelas, sehingga kita dipimpin-Nya sewaktu kita mengikuti-Nya. Kenyataannya, kita tidak dapat berdalih akan kemunduran kita, jika kita tidak datang kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Dengan tujuan apakah Ia mempersiapkan kita? Bukan untuk memuaskan tubuh dan perut kita, walaupun Allah menyatakan bahwa Ia akan memelihara kita dan Tuhan kita Yesus Kristus menunjukkan bahwa Dialah sesungguhnya terang dunia. Bahkan dalam hal istirahat dan makanan yang kita konsumsi setiap harinya, Tuhan Yesus menyatakan kebaikannya kepada kita. Akan tetapi Tuhan Yesus menunjukkan perhatian-Nya yang khusus melalui persiapan yang telah Ia lakukan bagi kita untuk menyatakan bahwa kita adalah saudara-Nya saat Ia mempersatukan kita dengan-Nya (seperti apa yang dikatakan-Nya dalam Yohanes 17). Ia juga mempersatukan kita dengan Allah Bapa dan menyatakan sepenuhnya kepada kita bahwa Dia sendiri merupakan makanan dan minuman kita, dan bahwa kehidupan kerohanian kita dipelihara sepenuhnya di dalam Dia. Hal ini merupakan hal yang lebih jika Ia memanggil kita saudara seratus kali.
Karena itu hendaklah kita menyadari kesatuan yang kita miliki dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia menghendaki supaya kita mempunyai hidup bersama dengan-Nya. Apa yang Ia miliki merupakan milik kita, bahkan apa yang Ia kehendaki untuk tinggal di dalam kita; bukan imajinasi, tapi pada kenyataan; bukan pada hal keduniawian, tetapi pada hal kerohanian. Dia turut bekerja dengan kekuatan Roh Kudus-Nya, sehingga kita dipersatukan dengan Dia lebih dari anggota-anggota tubuh. Sama seperti akar dari tumbuhan menyalurkan zat serta kekuatannya pada seluruh cabang, demikian juga kita mendapatkan zat dan kehidupan dari Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itulah Rasul Paulus berkata bahwa Domba Allah telah disalibkan dan dikorbankan, sehingga tidak ada lagi yang tertinggal, tetapi kita dapat mengambil bagian dalam pengorbanan.
Sama seperti Hukum Taurat di waktu lampau, di mana korban dipersembahkan, pada masa sekarang kita harus datang dan mengambil makanan rohani kita pada Korban yang telah dipersembahkan untuk penebusan kita ini. Adalah benar bahwa kita tidak memakan daging Yesus Kristus, karena Dia tidak masuk ke dalam diri kita secara jasmani seperti apa yang banyak orang suci bayangkan, tetapi kita menerima roti sebagai tanda bukti yang pasti dan mutlak bahwa Tuhan Yesus memberikan makanan rohani kepada kita melalui tubuh-Nya; kita menerima setetes anggur untuk menunjukkan bahwa kita didukung secara rohani dengan darah Tuhan Yesus Kristus.
Marilah kita menyaksikan dengan baik apa yang Rasul Paulus katakan bahwa di bawah Hukum Taurat tidak diperbolehkan untuk memakan roti yang beragi dan adonan yang pahit. Sekarang kita tidak berada di bawah ketentuan tersebut, tetapi kita harus membuang segala ragi kebencian, kelaliman, dan segala kerusakan, dan memiliki roti yang tidak mengandung kepahitan di dalamnya. Bagaimana caranya? Dengan kemurnian dan ketulusan hati. Sewaktu kita datang menghampiri Meja Kudus ini, di mana Anak Allah menunjukkan pada kita bahwa Dialah makanan rohani kita, dan bahwa Ia memberikan diri-Nya kepada kita secara total, dan Ia menghendaki supaya kita sekarang berpartisipasi di dalam pengorbanan yang telah Ia lakukan bagi kita untuk keselamatan kita.
Kita harus mengerti bahwa kita tidak mengikutsertakan kerusakan dan kekotoran dengan menggabungkannya, tetapi kita meninggalkannya, dan hanya mencari yang disucikan sepenuhnya, sehingga Tuhan Yesus boleh memiliki kita sebagai anggota-anggota tubuh-Nya. Ini berarti bahwa kita boleh ikut serta/mengambil bagian di dalam kehidupan-Nya. Karena itu sekarang, hendaknya kita turut ikut mengambil bagian pada Paskah Suci yang telah dipersiapkan-Nya untuk kita. Yaitu bahwa hal ini membawa kita pada kematian dan kesucian Tuhan kita Yesus Kristus, kemudian pada kebangkitan-Nya, sehingga kita boleh diyakinkan akan kehidupan dan keselamatan karena kemenangan yang telah diperoleh-Nya pada saat Dia bangkit dari kematian, dan bahwa pintu surga telah dibuka bagi kita dan mempersembahkan diri kita di hadapan-Nya, dengan selalu mengetahui bahwa Ia akan menerima kita sebagai anak-anak-Nya.
Sumber: Majalah MOMENTUM No. 44 - Oktober 2000
0 comments:
Posting Komentar