Mendengar musik dimana saja dan kapan saja jadi santapan keseharian remaja kita. Apalagi produk seperti iPod, iPhone dan MP3 kian merajalela. Tapi waspada saja, sebab kebiasaan memainkan bass dan treble di earphone bisa merusak telinga.
Mengapa bisa begitu? Sebuah ciri penting gelombang ialah panjang gelombang, yaitu panjangnya satu siklus lengkap mulai dari naik, lalu turun, menanjak lagi sampai ketinggian semula. Di pihak lain, frekuensi menyatakan berapa sering naik turun itu terjadi dalam satu detik. Hubungan di antara keduanya berkebalikan. Gelombang pendek berkaitan dengan frekuensi tinggi, gelombang panjang menunjukkan frekuensi rendah.
Di dunia musik, frekuensi mengungkapkan nada. Misalnya nada acuan A dengan frekuensi 440 Hz (Hertz = getaran per detik) terdengar lebih tinggi dari pada C-tengah 261,6 Hz.
Ada yang menarik pada musik akustik, yaitu semakin kecil instrumen, semakin tinggi nada yang keluar. Perhatikan panjang pendeknya suling. Atau keluarga besar biola, biola alto, cello, sampai contrabass, yang semua sama potongannya, tetapi berbeda “size” dan tinggi nadanya. Prinsipnya, ukuran instrumen harus sesuai dengan panjang gelombang yang dibangkitkan. Ini juga berlaku pada penerimaan gelombang. Pokoknya supaya gelombang bisa dipancarkan dan ditangkap dengan baik, besarnya alat harus dekat dengan panjang gelombang.
Pembagian Tugas
Berapa panjang gelombang suara? Pada daerah atas pendengaran manusia, gemerincing nada tinggi atau “treble” mempunyai panjang gelombang kurang dari sekitar 15 cm. Pada ujung bawah, dentuman suara bas bergemuruh pada panjang gelombang lebih dari 1 m. Nada-nada menengah berkiprah di antara keduanya.
Tidaklah mungkin menghayati musik sampai mata terpejam-pejam jika mengandalkan satu “loudspeaker” saja buat semua frekuensi. Harus ada pembagian tugas. Untuk treble, dipasang loudspeaker kecil yang disebut “tweeter”, dengan diameter sekitar 3 cm. Lalu agar suara menengah terdengar cerah, loudspeakernya berdiameter sekitar 10 cm.
Yang susah adalah urusan nada rendah, sebab loudspeaker bas yang disebut “woofer” idealnya mesti puluhan sentimeter besarnya. Tidak saja sukar dibuat, tetapi kotak atau petinya pasti berebut tempat dengan perabot rumah. Karena itu diameter woofer yang lazim adalah 25-30 cm.
Bagaimana manusia mendengarkan semua itu? Bukankah penampang lubang telinga dan gendang telinga hanya sekitar 1 cm? Kalau dicocokkan dengan panjang gelombang suara, sepertinya yang langsung dicerna frekuensi tinggi saja. Bagaimana nasib nada menengah, apalagi bas?
Menggelegar
Jangan kuatir, telinga tidak berada sendirian, tetapi terpasang di dalam tengkorak kepala, yang ditunjang kukuh oleh tulang belulang tubuh.
Pada saat nada menengah dan rendah menyapa manusia, telinga memang tidak banyak berdaya. Tetapi untunglah, peran mengindera dibantu oleh sekujur tubuh kita. Berkat ukuran badan yang tidak jauh dari panjang gelombang menengah dan bas, nada-nada itu meresap sebagai getaran pada tulang belulang. Pada gilirannya, getaran tersampaikan ke tengkorak kepala dan dirasakan oleh perangkat telinga, sehingga orang bisa mendengarnya. Frekuensi tinggi langsung diterima telinga, frekuensi menengah dan apalagi rendah didengar dengan bantuan tubuh.
Jika dikatakan “Wah, suara basnya menggelegar, terasa mantap dalam dada”, itu memang betul. Karena badan terkocok getaran dan jantung ikut merasakan. Juga sikap yang bijaksana jika orang agak lanjut usia tidak diajak mengunjungi diskotek atau konser rock. Bukan soal supaya kelakuan remaja tidak diawasi terus oleh orang tua, tetapi “bisa lepas jantungnya” adalah kata-kata yang kiranya tidak terlalu meleset.
Sekarang kalau orang memakai earphone (jenis kecil yang disusupkan ke lubang kuping), yang menangkap suara hanya telinga tanpa melibatkan badan. Tentu saja suara bas serasa melayang. Lantas buat meraih bas yang mengguncang, timbul kecenderungan untuk mengencangkan suara, menaikkan volume. Padahal mungkin sekali intensitas suara sudah mencapai atau bahkan melampaui batas bahaya untuk telinga. Belum juga terdengar menggelegar, dikeraskan lagi.
Janganlah menghajar telinga, instrumen super halus yang belum ada gantinya. Sebagai alternatif yang terkesan lucu, jika anda ingin menikmati musik dengan radio baterai yang kurang besar, dengarkan sambil mendekap radio itu di dada. Niscaya tulang ikut digetarkan, membuat suara bas lebih meyakinkan. Selamat mencoba.
Andrianto Handojo – netsains.com
0 comments:
Posting Komentar