Kedengarannya aneh, namun pakar biologi molekul, Randy Lewis optimistis dalam dua tahun, benang laba-laba dari susu yang dihasikan kambing bisa mengatasi kelelahan tubuh atau ketegangan otot dan ikatan sendi, bahkan masalah tulang.
Profesor Lewis dan timnya di Universitas Wyoming telah berhasil mengimplantasi atau menanam gen pembuat jaring dari laba-laba jenis golden orb ke dalam tubuh beberapa kambing. Dan saat ini, mereka bisa memproduksi salah satu produk alami paling kuat dalam jumlah yang bisa diaplikasikan.
Teknologi ini memang sebuah terobosan, namun bukan pengetahuan yang sama sekali baru. Jaring laba-laba telah digunakan berabad-abad untuk membungkus luka. Masalahnya, baru kini diketahui bagaimana untuk mendapatkannya dalam jumlah besar.
"Kami membutuhkan cara untuk memproduksi protein jaring laba-laba dalam jumlah besar," kata Profesor Lewis kepada Kantor Berita News.com.au.
"Laba-laba tak bisa diternakkan, maka beternak binatang itu tak jadi pilihan," kata dia.
Apalagi, laba-laba punya kecenderungan untuk saling memakan satu sama lain, memanen benang dari laba-laba tak akan pernah mencukupi kebutuhan manusia.
Para ilmuwan lantas membuat terobosan. Mereka menanam DNA penghasil benang dari laba-laba ke kambing betina.
"Penyambungan ternyata relatif mudah karena ada gen promotor aktif di kelenjar susu kambing," katanya.
Bagaimana cara kambing menghasilkan benang laba-laba?
Menurut Lewis, susu dari kambing khusus yang ditanami DNA laba-laba itu dikumpulkan lalu dibawa ke laboratorium. Di sana, protein benang laba-laba akan dipisahkan. Protein ini akan mengeras dan lalu dipintal seperti benang.
Lewis mengatakan, tim mengumpulkan sekitar empat meter benang laba-laba dari tiap empat tetes protein yang mereka kumpulkan.
Benang ini punya kegunaan yang luas dalam hal kesehatan, sebagai pengikat, termasuk penggantian ikatan sendi.
"Jika ini berhasil, terus terang salah satu aplikasi pertama adalah mungkin tali pancing," kata Lewis. Ilmuwan masih perlu waktu dua tahun untuk mengkaji bahan ini sampai bisa dilemparkan ke pasar.
Terkait nasib kambing yang jadi bahan percobaan, Lewis mengatakan tak ada bukti yang mengarah bahwa kambing tersebut mengalami gangguan fisik maupun psikologis.
Ditambahkan Lewis, ilmuwan sedang mengembangkan teknologi yang sama pada ternak jenis, alfalfa.
Begitu juga dengan di Australia, para ahli menemukan bahwa laba-laba telah menggunakan cahaya ultraviolet dalam jaringnya untuk memikat mangsanya datang. Hal tersebut terungkap setelah para peneliti di Australia meneliti rahasia di balik jaring yang cantik tersebut. Selama ini jaring laba-laba dikenal sangat lengket dan kuat, bahkan melebihi baja, namun jarang diteliti aspek bentuknya.
"Kami benar-benar ingin mengungkap mengapa laba-laba menghabiskan energi untuk menghias jaringnya," ujar Dieter Hochuli dari Universitas Sydney, Australia. Dalam penelitian tersebut, ia dan timnya menguji pengaruh cahaya utraviolet terhadap efektivitas jerat laba-laba.
Hal tersebut didasari fakta bahwa beberapa jenis bunga memantulkan cahaya ultraviolet yang menarik perhatian serangga. Jika jaring laba-laba memantulkan cahaya yang sama, berarti fungsinya mirip dengan bunga untuk merayu serangga.
Hochuli dan koleganya kemudian melakukan percobaan dengan jaring laba-laba asli dan jaring laba-laba yang dilapisi plastik penyaring ultraviolet. Mereka kemudian memantau berapa banyak serangga yang tertanggap dalam beberapa hari.
Lalat, lebah, tawon, dan nyamuk tertangkap baik di kedua jaring. Namun, pada jaring yang dilapisi plastik antiultraviolet jumlahnya jauh lebih sedikit. Jumlah nyamuk tetap sebanding karena serangga ini tidak dapat melihat cahaya ultraviolet.
"Laba-laba sepertinya memanfaatkan kemampuan sejumlah mangsanya yang dapat melihat cahaya ultraviolet," jelas Hochuli. Pada penelitian berikutnya para peneliti akan mempelajari pengaruh bentuk sarang yang bervariasi sesuai jenis laba-laba yang membuatnya.
Manfaat jaring laba-laba
Jaring laba-laba dapat dipakai untuk menyambung otot (tendon) atau memulihkan ligamen yang rusak. Selain sangat kuat, serat alami ini tidak menyebabkan infeksi.
Penggunaan serat untuk aplikasi medis sebenarnya telah diceritakan sejak sekitar 2.000 tahun lalu. Di antaranya untuk melawan infeksi, mencegah pendarahan, dan menutup luka.
Meski demikian, para ilmuwan belum menemukan bukti bahwa jaring laba-laba dapat membunuh kuman. Sejauh ini, hasil percobaan pada hewan menunjukkan bukti-bukti awal bahwa jaring laba-laba tidak menghasilkan respon kekebalan terlalu besar sehingga dapat diterima tubuh.
Para peneliti di Universitas Tufts, Massachusetts telah membuktikan bahwa jaring laba-laba dapat dirangkai untuk memulihkan jaringan penyambung tulang (ligamen) yang rusak. Percobaan ini berhasil pada ligamen jenis ACL (anterior cruciate ligament) yang biasanya rusak pada penderita cedera lutut.
"Kami juga melihat potensi jaring laba-laba untuk tendon buatan," kata Randolph Lewis dari Universitas Wyoming, AS. Para ilmuwan telah memanfaatkannya untuk membuat benang operasi untuk menutup luka bekas operasi, mata, atau, menyambung jaringan syaraf.
Mereka dapat menghasilkan jaring di luar tubuh laba-laba dengan cara menyisipkan gen yang dimiliki laba-laba ke sel yang menjadi targetnya. Penelitian terakhir yang sedang dilakukan Lewis dilaporkan dalam jurnal Chemical Reviews.
Apalagi, laba-laba punya kecenderungan untuk saling memakan satu sama lain, memanen benang dari laba-laba tak akan pernah mencukupi kebutuhan manusia.
Para ilmuwan lantas membuat terobosan. Mereka menanam DNA penghasil benang dari laba-laba ke kambing betina.
"Penyambungan ternyata relatif mudah karena ada gen promotor aktif di kelenjar susu kambing," katanya.
Bagaimana cara kambing menghasilkan benang laba-laba?
Menurut Lewis, susu dari kambing khusus yang ditanami DNA laba-laba itu dikumpulkan lalu dibawa ke laboratorium. Di sana, protein benang laba-laba akan dipisahkan. Protein ini akan mengeras dan lalu dipintal seperti benang.
Lewis mengatakan, tim mengumpulkan sekitar empat meter benang laba-laba dari tiap empat tetes protein yang mereka kumpulkan.
Benang ini punya kegunaan yang luas dalam hal kesehatan, sebagai pengikat, termasuk penggantian ikatan sendi.
"Jika ini berhasil, terus terang salah satu aplikasi pertama adalah mungkin tali pancing," kata Lewis. Ilmuwan masih perlu waktu dua tahun untuk mengkaji bahan ini sampai bisa dilemparkan ke pasar.
Terkait nasib kambing yang jadi bahan percobaan, Lewis mengatakan tak ada bukti yang mengarah bahwa kambing tersebut mengalami gangguan fisik maupun psikologis.
Ditambahkan Lewis, ilmuwan sedang mengembangkan teknologi yang sama pada ternak jenis, alfalfa.
Begitu juga dengan di Australia, para ahli menemukan bahwa laba-laba telah menggunakan cahaya ultraviolet dalam jaringnya untuk memikat mangsanya datang. Hal tersebut terungkap setelah para peneliti di Australia meneliti rahasia di balik jaring yang cantik tersebut. Selama ini jaring laba-laba dikenal sangat lengket dan kuat, bahkan melebihi baja, namun jarang diteliti aspek bentuknya.
"Kami benar-benar ingin mengungkap mengapa laba-laba menghabiskan energi untuk menghias jaringnya," ujar Dieter Hochuli dari Universitas Sydney, Australia. Dalam penelitian tersebut, ia dan timnya menguji pengaruh cahaya utraviolet terhadap efektivitas jerat laba-laba.
Hal tersebut didasari fakta bahwa beberapa jenis bunga memantulkan cahaya ultraviolet yang menarik perhatian serangga. Jika jaring laba-laba memantulkan cahaya yang sama, berarti fungsinya mirip dengan bunga untuk merayu serangga.
Hochuli dan koleganya kemudian melakukan percobaan dengan jaring laba-laba asli dan jaring laba-laba yang dilapisi plastik penyaring ultraviolet. Mereka kemudian memantau berapa banyak serangga yang tertanggap dalam beberapa hari.
Lalat, lebah, tawon, dan nyamuk tertangkap baik di kedua jaring. Namun, pada jaring yang dilapisi plastik antiultraviolet jumlahnya jauh lebih sedikit. Jumlah nyamuk tetap sebanding karena serangga ini tidak dapat melihat cahaya ultraviolet.
"Laba-laba sepertinya memanfaatkan kemampuan sejumlah mangsanya yang dapat melihat cahaya ultraviolet," jelas Hochuli. Pada penelitian berikutnya para peneliti akan mempelajari pengaruh bentuk sarang yang bervariasi sesuai jenis laba-laba yang membuatnya.
Manfaat jaring laba-laba
Jaring laba-laba dapat dipakai untuk menyambung otot (tendon) atau memulihkan ligamen yang rusak. Selain sangat kuat, serat alami ini tidak menyebabkan infeksi.
Penggunaan serat untuk aplikasi medis sebenarnya telah diceritakan sejak sekitar 2.000 tahun lalu. Di antaranya untuk melawan infeksi, mencegah pendarahan, dan menutup luka.
Meski demikian, para ilmuwan belum menemukan bukti bahwa jaring laba-laba dapat membunuh kuman. Sejauh ini, hasil percobaan pada hewan menunjukkan bukti-bukti awal bahwa jaring laba-laba tidak menghasilkan respon kekebalan terlalu besar sehingga dapat diterima tubuh.
Para peneliti di Universitas Tufts, Massachusetts telah membuktikan bahwa jaring laba-laba dapat dirangkai untuk memulihkan jaringan penyambung tulang (ligamen) yang rusak. Percobaan ini berhasil pada ligamen jenis ACL (anterior cruciate ligament) yang biasanya rusak pada penderita cedera lutut.
"Kami juga melihat potensi jaring laba-laba untuk tendon buatan," kata Randolph Lewis dari Universitas Wyoming, AS. Para ilmuwan telah memanfaatkannya untuk membuat benang operasi untuk menutup luka bekas operasi, mata, atau, menyambung jaringan syaraf.
Mereka dapat menghasilkan jaring di luar tubuh laba-laba dengan cara menyisipkan gen yang dimiliki laba-laba ke sel yang menjadi targetnya. Penelitian terakhir yang sedang dilakukan Lewis dilaporkan dalam jurnal Chemical Reviews.
http://www.suaramedia.com
0 comments:
Posting Komentar