Minggu, 06 Maret 2011

Hubungan antara Mimpi dan Psikoanalisis

Selama bertahun-tahun saya sibuk mencari pemecahan masalah mengenai struktur psikopatologikal tertentu –fobia yang berlebihan, kesurupan, dan semacamnya—melalui terapi. Saya menjadi sangat sibuk, terutama ketika mendengar pernyataan dari Joseph Breuer, terhadap efek yang dalam struktur ini disebut gejala morbid (tak waras), solusi dan pengobatan secara bergantian.

Ketika muncul kemungkinan mencari kembali suatu penyakit hingga ke unsur-unsur kehidupan psikis pasien yang sesuai dengan keadaannya, ide pemikiran ini menjadi hancur, dan pasien tersebut telah terbebas dari penyakit tersebut. Dengan melihat kegagalan pada terapi yang kami lakukan, maka saya tertangtang untuk menggunakan metode yang dikemukakan oleh Breuer sampai saya mendapatkan penjelasan yang benar.
Saya harus mengadakan penelitian lagi untuk mendapatkan keterangan yang jelas tentang bentuk yang digunakan dalam teknik prosedur ini, dan juga tentang hasil yang saya dapatkan. Dalam masalah tentang penelitian psikoanalitik ini, saya menemukan pertanyaan tentang penerjemahan mimpi. Pasien-pasien saya, setelah saya meminta mereka untuk memberitahukan saya tentang ide-ide dan pemikiran yang mereka dapatkan sesuai dengan tema yang saya merikan, dihubungkan dengan mimpi mereka, dan pada akhirnya mengajarkan saya bahwa suatu mimpi bisa saja ditambahkan dalam suatu rentetan kejadian, yang mungkin akan mungkin akan membawa kembali ide tersebut kedalam memori pasien. Langkah selanjutnya adalah menganggap mimpi sebagai suatu gejala, dan menerapkannya kedalam metode penerjemahan yang telah digunakan dan berhasil pada gejala yang sama.
Dalam hal ini persiapan psikis pasien tentu saja diperlukan. Usaha ganda harus buat untuk menstimulir perhatiannya yang berkenaan dengan tanggapan psikisnya, dan menghilangkan jiwa kritis dimana ia melihat segala sesuatu sesuai dengan yang terlihat dari luar. Untuk tujuan observasi diri dengan perhatian yang terkonsentrasi pada sesuatu hal tentu saja cara ini sangat menguntungkan karena pasien harus berada ppada posisi berbaring dan menutup matanya; ia perlahan-lahan diminta untuk meninggalkan semua kritik yang ada didalam pemikirannya yang ia rasakan.
Ia juga harus diberitakuan bahwa keberhasilan dari psikoanalisis bergantung pada pencatatannya dan memmbicarakan segala sesuatu yang muncul dalam pikirannya, dan bahwa ia tidak boleh menyembunyikan hal meskipun tidak sesuai dengan bahan pembicaraan, atau karena merasa bahwa hal tersebut terlalu mengada-ada. Ia harus tetap berada dalam posisi seimbang/tidak memihak dalam hal ide-idenya; karena jika ia tidak berhasil menemukan pemecahan masalah dari mimpi, obsesi atau semacamnya, itu hanya karna ia memberikan kesempatan pada dirinya untuk menjadi kritis terhadap hal-hal tersebut.


http://artimimpi.net

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords