Mason juga melihat formasi batu serupa koral yang disebutnya sebagai "layang-layang gurun". Batu ini diperkirakan dapat digunakan untuk menjebak hewan.
Wilayah ini kini sangat kering. Tapi, Mason menduga ribuan tahun lalu daerah ini lebih hijau.
"Sangat indah, apabila Anda menyukai bebatuan," cetus Mason seperti dilansir dari laman resmi Universitas Harvard.
Menurut Mason, fungsi formasi bebatuan ini jelas berbeda dengan tembok batu "layar-layang gurun". Layang-layang itu diatur untuk mengambil keuntungan dari bentang alam. Batu ini akan mengarahkan binatang ke satu tempat. Formasi batu yang lebih linier dibuat tampil mencolok pada bentang alam itu.
Mason tidak menemukan tanda-tanda habitat.
"Tempat ini terlihat seperti bentang alam untuk orang mati, bukan untuk orang hidup. Ini membutuhkan banyak penelitian. Saya tidak tahu kapan itu bisa terjadi," ujar Mason.
Dalam perbincangan pada 2010, Mason menceritakan dia merasa seperti tersandung Salisbury Plain Inggris ketika menemukan bangunan bebatuan itu. Kisah ini merujuk pada formasi batu yang dijuluki "Bebatuan Suriah".
Mason juga menjelaskan mengenai biara kuno, Deir Mar Musa di wilayah dekat formasi batu itu. Pengerjaan awal bangunan ini diperkirakan bermula pada akhir abad ke-4 atau awal abad ke-5.
Biara ini dihuni hingga pada 1800-an. Tapi, gempa bumi berkali-kali menghancurkannya. Pembangunan sisa reruntuhan pada 1980-an dan 1990-an membuat biara ini bisa aktif kembali.
Mason menilai biara ini awalnya berguna sebagai menara pengawas bangsa Romawi. Sebagian bangunan hancur karena gempa dan dibangun kembali. Kompleks ini diperbesar dengan tambahan struktur baru hingga mencapai ukuran kompleks modern. Bangunan ini menempel pada tebing kering di gurun sekitar 50 km utara dari ibukota Syria, Damaskus.
Mason sedang mencari menara pengawas Romawi ketika menemukan bangunan misterius itu.
Biara ini memiliki banyak lukisan dinding. Sayang, beberapa rusak parah. Lukisan biara menggambarkan nuansa Kristen dengan perempuan kudus dan gambaran kiamat.
Mason juga menelusuri rangkaian gua kecil yang diyakini telah digali biarawan untuk menjadi tempat tinggal. Para biarawan ini kembali ke biara untuk pelayanan gereja.
Seandainya Mason dapat kembali, dia ingin menggali area di bawah altar utama gereja. Mason menduga di bawah altar terdapat pintu masuk menuju makam bawah tanah. Ilmuwan yang menjelaskan penelitiannya di Museum Semitik Harvard, Amerika Serikat ini telah menerima izin dari petinggi biara yang baru-baru ini keluar dari negara itu.
VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar