NASA telah menjalankan Misi Aquarius untuk mengukur kadar garam permukaan laut. Misi ini bermanfaat menggambarkan kondisi kadar garam global untuk kajian iklim. NASA juga berusaha memahami sirkulasi air dan sirkulasi laut. NASA mengirim para penyelam untuk hidup di bawah laut atau aquanaut. Ternyata, menjalani kehidupan di dasar laut ini menegangkan dan unik.
Kebakaran menjadi peristiwa yang tetap menegangkan kendati di tempat yang banyak air. Ketika seorang anggota tim mencium bau terbakar. Api bisa menyebar cepat di lingkungan kaya oksigen seperti markas Aquarius.
Dalam Aqunut, sirkulasi udara tidak berjalan seperti di daratan. Saat kebakaran terjadi, alat serupa pelampung yang dipasang di dasar perairan atau buoy terdengar seperti akan meledak. Bouy ini memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan para aquanaut di bawah laut karena berfungsi memantau kondisi di atas dan bawah laut. Buoy terakhir kali terdengar seperti ini saat kontraktor memperbaiki tangki diesel.
Kebakaran menjadi peristiwa yang tetap menegangkan kendati di tempat yang banyak air. Ketika seorang anggota tim mencium bau terbakar. Api bisa menyebar cepat di lingkungan kaya oksigen seperti markas Aquarius.
Dalam Aqunut, sirkulasi udara tidak berjalan seperti di daratan. Saat kebakaran terjadi, alat serupa pelampung yang dipasang di dasar perairan atau buoy terdengar seperti akan meledak. Bouy ini memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan para aquanaut di bawah laut karena berfungsi memantau kondisi di atas dan bawah laut. Buoy terakhir kali terdengar seperti ini saat kontraktor memperbaiki tangki diesel.
Direktur operasional Mark Hulsbeck langsung membereskan filter bahan bakar. Sementara para aquanaut terpaksa mengandalkan buoy untuk bernapas dan menghangatkan tubuh.
Dengan udara dan sistem daya listrik yang tersedia, ditambah cadangannya, para aquanaut selamat untuk beberapa saat. Tapi, Hulsbeck tetap harus memperbaiki generator. Benda itu berada di ruang paling bawah dari Buoy Penunjang Kehidupan sehingga untuk memperbaikinya sangat rumit.
Para aquanaut akhirnya bisa menemukan asal bau terbakar. Ternyata, dari kipas unit AC yang tidak mengancam kehidupan di bawah sana. Habitat buatan ini bisa berjalan biasa lagi.
Jika tidak ada kondisi darurat, para aquanaut bisa hidup dengan nyaman seperti di daratan. Kehidupan berjalan seperti biasa. Salah satu anggota tim, Earle bangun dari tidur siang. Kru lainnya menyiapkan kamera dan peralatan.
"Saya biasanya mengatakan selalu tidur nyenyak saat di kapal dengan semua keindahan goyangannya. Tapi, saya rasa yang lebih baik dari tidur di kapal yakni berada di kapal selam ini," ujar Earle kepada Gizmodo.
Berbeda dengan tidur, mandi di habitat ini berbeda dibanding di darat.
"Biasanya kamar mandi ada shower dan gorden untuk menutup. Dengan kondisi kru bercampur seperti di sini, kami mandi dengan mengenakan baju renang. Pakaian ini akan dibilas. Ada sabun dan shampo berbau peppermint. Ini membuat markas wangi," jelas Earle.
Anggota tim lain, Ryan memberi peringatan. Jika menyalakan keran lewat pukul 23.00, maka Anda bisa tersiram air panas.
Untuk urusan makan, para aquanaut ini sudah dibekali microwave dan keran air panas. Kompor api tidak diperbolehkan di sini. Ini disebabkan udara mengandung 40 persen oksigen, sekitar dua kali lipat atmosfer darat. Gunanya untuk menyamakan kondisi tekanan dengan kehidupan di atas.
Makanan di sini seperti saat kemping. Kudapan yang ada seperti keju, apel, cokelat M&M, dan banyak sekali stok Oreo. Makanan kering seperti makaroni, keju dan beras merah dianggap sebagai makanan utama.
Menurut mereka, salad dapat bertahan lama. Tapi, para aquanaut ini tidak memakan tipe makanan seperti ini. Sayuran ini malah terbuang percuma. Anggota tim, Mark mengatakan rasa makanan dipengaruhi habitat. Di sini semua orang menggunakan banyak sekali sambal ketika makan.
Aquanaut, Sylvia, meminum banyak sari lemon instan. Di sini tidak ada yang minum alkohol. Ada yang mengatakan menghirup udara dengan tekanan nitrogen di pangkalan ini sudah seperti meminum satu hingga dua gelas martini kapan saja.
Mereka tidak bisa mengeluhkan lokasi kamar mandi yang jauh di bagian terbawah. Ada toilet kecil yang diberi tumpukan kotak di atasnya. Ternyata, itu hanya digunakan selama proses dekompresi final pada hari misi ini berakhir. Ruang untuk buang air kecil bisa memanfaatkan kolam.
Apabila ingin buang air besar, tersedia gazebo. Gubuk kecil poligonik di luar pintu masuk markas ini menjadi kakus. Gazebo ini memiliki gelembung udara di dalam yang berperan mendukung habitat kecil. Orang-orang ke sana untuk buang air. Di sana selalu ada air pembuang kotoran.
Tempat buang air besar ini menarik perhatian banyak ikan. Lama-kelamaan mereka menyadari apa yang manusia buang di sini bisa menjadi makanan. Ketika manusia masuk ke dalam gazebo, ikan langsung menyerbu sumber makanannya. Tapi, ini bisa berbahaya apabila bokong tanpa sengaja digigit ikan.
Kondisi ini diperbaiki teknisi Aquarius dengan membuat gorden gelembung udara untuk menakuti ikan. Tapi, gorden ini malah berakhir menjadi notifikasi waktu makan ikan.
Salah satu aquanaut mengaku enggan menggunakan gazebo. Dia pernah bertemu ikan barracuda berenang di dekatnya mengharap "makanan". Ikan bergigi tajam itu hanya berada beberapa inchi dari alat kelaminnya.
Dengan udara dan sistem daya listrik yang tersedia, ditambah cadangannya, para aquanaut selamat untuk beberapa saat. Tapi, Hulsbeck tetap harus memperbaiki generator. Benda itu berada di ruang paling bawah dari Buoy Penunjang Kehidupan sehingga untuk memperbaikinya sangat rumit.
Para aquanaut akhirnya bisa menemukan asal bau terbakar. Ternyata, dari kipas unit AC yang tidak mengancam kehidupan di bawah sana. Habitat buatan ini bisa berjalan biasa lagi.
Jika tidak ada kondisi darurat, para aquanaut bisa hidup dengan nyaman seperti di daratan. Kehidupan berjalan seperti biasa. Salah satu anggota tim, Earle bangun dari tidur siang. Kru lainnya menyiapkan kamera dan peralatan.
"Saya biasanya mengatakan selalu tidur nyenyak saat di kapal dengan semua keindahan goyangannya. Tapi, saya rasa yang lebih baik dari tidur di kapal yakni berada di kapal selam ini," ujar Earle kepada Gizmodo.
Berbeda dengan tidur, mandi di habitat ini berbeda dibanding di darat.
"Biasanya kamar mandi ada shower dan gorden untuk menutup. Dengan kondisi kru bercampur seperti di sini, kami mandi dengan mengenakan baju renang. Pakaian ini akan dibilas. Ada sabun dan shampo berbau peppermint. Ini membuat markas wangi," jelas Earle.
Anggota tim lain, Ryan memberi peringatan. Jika menyalakan keran lewat pukul 23.00, maka Anda bisa tersiram air panas.
Untuk urusan makan, para aquanaut ini sudah dibekali microwave dan keran air panas. Kompor api tidak diperbolehkan di sini. Ini disebabkan udara mengandung 40 persen oksigen, sekitar dua kali lipat atmosfer darat. Gunanya untuk menyamakan kondisi tekanan dengan kehidupan di atas.
Makanan di sini seperti saat kemping. Kudapan yang ada seperti keju, apel, cokelat M&M, dan banyak sekali stok Oreo. Makanan kering seperti makaroni, keju dan beras merah dianggap sebagai makanan utama.
Menurut mereka, salad dapat bertahan lama. Tapi, para aquanaut ini tidak memakan tipe makanan seperti ini. Sayuran ini malah terbuang percuma. Anggota tim, Mark mengatakan rasa makanan dipengaruhi habitat. Di sini semua orang menggunakan banyak sekali sambal ketika makan.
Aquanaut, Sylvia, meminum banyak sari lemon instan. Di sini tidak ada yang minum alkohol. Ada yang mengatakan menghirup udara dengan tekanan nitrogen di pangkalan ini sudah seperti meminum satu hingga dua gelas martini kapan saja.
Mereka tidak bisa mengeluhkan lokasi kamar mandi yang jauh di bagian terbawah. Ada toilet kecil yang diberi tumpukan kotak di atasnya. Ternyata, itu hanya digunakan selama proses dekompresi final pada hari misi ini berakhir. Ruang untuk buang air kecil bisa memanfaatkan kolam.
Apabila ingin buang air besar, tersedia gazebo. Gubuk kecil poligonik di luar pintu masuk markas ini menjadi kakus. Gazebo ini memiliki gelembung udara di dalam yang berperan mendukung habitat kecil. Orang-orang ke sana untuk buang air. Di sana selalu ada air pembuang kotoran.
Tempat buang air besar ini menarik perhatian banyak ikan. Lama-kelamaan mereka menyadari apa yang manusia buang di sini bisa menjadi makanan. Ketika manusia masuk ke dalam gazebo, ikan langsung menyerbu sumber makanannya. Tapi, ini bisa berbahaya apabila bokong tanpa sengaja digigit ikan.
Kondisi ini diperbaiki teknisi Aquarius dengan membuat gorden gelembung udara untuk menakuti ikan. Tapi, gorden ini malah berakhir menjadi notifikasi waktu makan ikan.
Salah satu aquanaut mengaku enggan menggunakan gazebo. Dia pernah bertemu ikan barracuda berenang di dekatnya mengharap "makanan". Ikan bergigi tajam itu hanya berada beberapa inchi dari alat kelaminnya.
Akhirnya, dia memilih buang air besar jauh di karang. Dia melakukannya dalam kondisi bugil di lokasi yang diduga tidak ada ikan. Dia selalu tertawa mengingat situasi absurd buang air besar dalam keadaan telanjang di karang. Kehidupan aquanaut ini memberikan gambaran yang unik cara manusia bertahan hidup di bawah laut.
VIVAnews
0 comments:
Posting Komentar