Selasa, 03 April 2012
Rekayasa Genetika Tanaman Cegah Hama
Published :
05.01
Ilmuwan Inggris melakukan eksperimen perdana memodifikasi genetika tanaman yang dapat mencegah hama. Eksperimen itu dilakukan dengan menguji coba tanaman gandum yang dimodifikasi dengan memasukkan gen yang diambil dari tanaman peppermin, sehingga menghasilkan feromon tertentu.
Mengutip laman BBC, bau merupakan sinyal alam yang dimiliki hama untuk mencegah serangan para pemangsanya. Dengan demikian, feromon ini diharapkan menjadi semacam tanda "dilarang parkir", dan tanaman pun tak perlu insektisida untuk mencegah hama.
Ini merupakan uji coba pertama yang melakukan modifikasi feromon dalam mencegah hama. Uji coba dilakukan di Rothamsted Research, pusat penelitian tanaman di Hertfordshire, Inggris.
Sebanyak delapan plot lahan, yang masing-masing berukuran 6x6 meter, kemudian ditanam gandum yang telah dimodifikasi. Para ilmuwan ingin melihat apakah rekayasa genetika itu berhasil mencegah hama.
Konsep untuk menciptakan varietas gandum yang memiliki bau tertentu dalam mencegah hama sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak 1985. Menurut Professor John Pickett, peneliti utama ekologi kimia di Rothamsted Research, tes telah berhasil menguji teknik itu di laboratorium.
"Tujuannya adalah untuk menggunakan proses alami ketimbang pestisida dan memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan pestisida," ujar Pickett.
Selain melakukan modifikasi gandum dengan peppermint, tes lain juga telah dilakukan dengan mengembangkan gen sintetis. Tujuannya adalah untuk melihat apalah tanaman memiliki feromon dalam versi murni tingkat tinggi, yang dikenal dengan nama A-Farnesene.
Eksperimen juga telah berhasil mengungkap bahwa hama sangat sensitif terhadap bau. Serangga tidak akan bereaksi jika mereka menduga feromon telah dilepaskan oleh tumbuhan.
Tujuan lebih jauh, peneliti ingin melihat apakah feromon berhasil 'memikat' pemangsa hama untuk mendekat.
Kekhawatiran
Tapi uji coba ini menuai kekhawatiran masyarakat. Sebab, tanaman secara alami memiliki mekanisme pertahanannya sendiri, dan modifikasi dikhawatirkan mengacaukan ini.
Selain itu, jika ini berhasil dikembangkan, teknologi gandum modifikasi ini dikhawatirkan akan menyebabkan hama berpindah ke lahan tanaman warga yang lain.
Selain itu, masyarakat juga masih belum yakin dengan makanan yang berasal dari pengembangan tanaman modifikasi. Sejumlah supermarket besar di Inggris menolak menjual makanan hasil tanaman modifikasi. Persetujuannya pun harus dilakukan oleh Uni Eropa.
Tentu tugas berat bagi para ilmuwan ini untuk meyakinkan para retailer dan politisi akan amannya makanan hasil tanaman modifikasi.
• VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar