Astronot Jepang, Satoshi Furukawa (NASA)
Saat Jepang diguncang gempa 9,0 Skala Richter dan digulung tsunami Jumat 11 Maret 2011, salah satu astronot negeri Matahari Terbit itu sedang menjalani pelatihan untuk misi luar angkasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional, Satoshi Furukawa (46).
"Pikiran dan doa kami tertuju pada rakyat Jepang yang menderita akibat gempa besar di Jepang," kata Satoshi Furukawa saat menjalani briefing di pusat pelatihan Johnson Space Center NASA, Houston, Senin 21 Maret 2011, seperti dimuat situs Space.com. "Kami bersama Anda, rakyat Jepang. Dunia beserta Anda."
Bencana dan duka tak membuat niat Furukawa mengangkasa surut. "Saya akan melakukan apapun yang bisa dilakukan dalam sains, untuk mereka yang menderita akibat bencana, untuk rakyat Jepang, untuk seluruh umat manusia."
Furukawa yang mewakili badan antariksa Jepang, Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) sedang menjalani pelatihan enam bulan untuk misi yang diagendakan 30 Mei 2011. Ia akan bergabung dengan astronot NASA, Mike Fossum dan kosmonot Rusia, Sergei Volkov.
Dua rekannya, Fossum dan Volkov mengaku memahami situasi yang dialami Furukawa. "Kami memberikan ruang lebih luas untuk dia," kata Fossum. "Khususnya di hari-hari pertama paska bencana, ia haus akan berita dari keluarga, kerabat, dan kawan-kawannya."
Furukawa berasal dari Yokohama di Prefektur Kanagawa. Profesinya adalah dokter dan ahli bedah. Ini adalah perjalanan pertamanya ke luar angkasa. Furukawa telah menjalani 12 tahun pelatihan untuk jadi astronot. Ia dan dua rekannya akan mengangkasa menggunakan pesawat Soyuz, Rusia.
Furukawa mengatakan, selain melakukan penelitian, ia berencana akan mengambil banyak gambar Bumi dari luar angkasa, dan membaginya dengan warga dunia melalui akun Twitternya, @Astro_Satoshi.
Selain mempengaruhi jiwa astronot Jepang, gempa dan tsunami juga Jepang memaksa JAXA mengevakuasi Tsukuba Space Center yang berada di wilayah Tsukuba.
Di dalam Pusat antariksa tersebut termasuk ruang kontrol yang merupakan bagian dari Stasiun Luar Angkasa Internasional yang mengawasi laboratorium Kibo milik Jepang juga mengendalikan pesawat tanpa awak yang mengangkut perbekalan ke stasiun itu.
Para petugas berhasil selamat dalam musibah 11 Maret. Namun pusat pengendali mengalami beberapa kerusakan.
Para petugas berhasil selamat dalam musibah 11 Maret. Namun pusat pengendali mengalami beberapa kerusakan.
0 comments:
Posting Komentar