Jumat, 04 Maret 2011

Peneliti Ungkap Rahasia Hidup Di 'Atap Dunia'

Gambar Ilustrasi. (Foto: tibet.cn)
HONG KONG - Peneliti asal AS memecahkan misteri kemampuan masyarakat Tibet hidup di atap dunia. Penemuan itu dapat membantu pengobatan beberapa penyakit parah.
Peneliti dari University of Utah menemukan 10 gen yang membantu masyarakat Tibet hidup di tempat tinggi di mana individu normal akan merasa sakit.
Dua dari gen tersebut berhubungan dengan hemoglobin, substansi di dalam darah yang mengaliri oksigen ke seluruh tubuh.
"Dua gen tersebut, dikenal sebagai EGLN1 dan PPARA pada kromosom manusia masing-masing 1 dan 22, muncul secara konsisten," ujar Jinchuan Xing dari Eccles Institute of Human Genetics di University of Utah School of Medicine di Amerika Serikat (AS), seperti dikutip melalui Reuters, Jumat (14/5/2010).
Masyarakat Tibet memiliki kadar hemoglobin darah sangat rendah yang tidak biasa, sehingga mereka dapat hidup di ketinggian. Tetapi baru sekarang para ahli berhasil melacak fitur ini kembali ke gen.

Ketika orang-orang yang biasanya tinggal di dataran rendah mengunjungi Tibet, kekurangan oksigen dalam tubuh mereka dapat menyebabkan penyakit ketinggian, yang dapat berkembang menjadi penyakit jantung fatal atau radang otak.
Dokter mengatakan penelitian yang dipublikasikan di Science dapat membantu pengobatan beberapa penyakit parah soal ketinggian dan penyakit lainnya.
Penyakit ketinggian adalah nama yang diberikan pada efek sakit yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan kurangnya oksigen di tempat tinggi. Ini juga berhubungan dengan komplikasi otak dan paru-paru di mana dapat diobati dengan terapi mendaki gunung.
Masyarakat Tibet telah mengalami evolusi gen dibandingkan yang lain akibat tinggal di tempat tinggi, yang tidak dimiliki orang lain. Profesor Lynn Jorde dari University of Utah School of Medicine mengatakan, "Untuk pertamakalinya kita memiliki unsur gen yang dapat menjelaskan adaptasi tersebut."
Studi ini melihat ekstraksi DNA dari sampel darah yang diambil dari 75 penduduk yang hidup di ketinggian 4500 meter. Tim dari Utah ini bekerja sama dengan Qinghai University Medical School, China,untuk membandingkan kode genetis mereka dengan populasi penduduk di ketinggian rendah di China dan Jepang.
Profesor Josey Prchal dari University of Utah mengatakan bahwa tindakan ini dapat membantu mengembangkan pengobatan penyakit yang terjadi di banyak tempat."Yang menarik dari masyarakat Tibet adalah mereka tidak mengembangkan jumlah sel darah merah yang tinggi. Jika kita mengerti hal ini, maka kita dapat mengembangkan terapi bagi penyakit manusia," ucapnya.
Profesor Hugh Montgomery, ahli genetis dan direktur dari UCL Institute for Human Health and Performance at University College London, mengatakan studi ini dapat membantu memahami bagaimana pasien dengan penyakit gagal jantung dan paru-paru dapat hidup dengan oksigen rendah di dalam darah.
Montgomery mengatakan pada BBC, "Ini penting secara klinis karena ini dapat membantu mengerti bagaimana pasien mengatasi level oksigen yang rendah. Ini adalah kesempatan untuk mengembangkan terapi obat baru." 

http://www.suaramedia.com

0 comments:

Posting Komentar

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords