Jumat, 16 April 2010

Tenggelamnya Kapal Lusitania



Pernahkah anda mendengar tentang Lusitania ? Pernahkah anda membayangkan bagaimana sebuah kapal pesiar yang besar dapat tenggelam ke dasar lautan ? Apakah anda teringat dengan Titanik ? Semua orang mungkin sudah sering menontonnya. Ya, Titanik tenggelam karena tidak mampu berbelok dengan sempurna menghindari tabrakan maut dengan gunung es. Tetapi, Lusitania tidak tenggelam dengan cara demikian. Tanpa campur tangan alam, tetapi manusia! Mari kita mulai membahasnya.
Lusitania merupakan sebuah kapal mewah milik Inggris yang diciptakan untuk mengarungi lautan bebas. Kebanyakan membawa penumpang yang dari kaum bangsawan yang kaya. Perjalanan kapal tersebut selalu membawa kenangan indah bagi penumpangnya. Tetapi tidak pada tanggal 7 Mei 1915 ketika mengarungi perairan di dekat pesisir selatan Irlandia. Kapal itu tenggelam dengan membawa 1.198 penumpang, 124 orang diantaranya orang-orang Amerika ketika tidak mampu mengelak sebuah torpedo dari arah kanan kapal. Torpedo itu menghantam lambung kapal bagian kanan dengan keras. Air mulai masuk ke dalam kapal dan akhirnya menenggelamkan kapal mewah tersebut. Sungguh tragis.
Sebelum kejadian itu, sebelas mil dari tempat itu di Old Head of Kinsale, sebelah selatan Cork, orang-orang di daratan sedang mengagumi lewatnya kapal milih perusahaan Cunard itu. Beberapa diantara mereka melihat dengan menggunakan teropong. Tetapi kemudian kekaguman berubah menjadi khawatir dan takut ketika mereka melihat kepulan asap yang naik di atas kapal. Seseorang dengan sigap melihat arloji dan memastikan waktu itu jam 2.11 siang. Delapan belas menit kemudian Lusitania telah tenggelam ke dalam laut.
Kematian 124 orang Amerika yang naik di kapal itu telah mengubah sejarah karena mempercepat masuknya Amerika ke dalam Perang Dunia pertama dan akhirnya menjamin kemenangan Sekutu.
Tenggelamnya kapal menimbulkan suatu teka-teki yang tidak terpecahkan hingga sekarang. Inilah teka-teki itu.: Lusitania itu sebenarnya sebuah kapal penumpang atau kapal perang? Apakah ia dengan sengaja dikorbankan untuk menarik Amerika ke dalam kancah peperangan?
Lusitania sebenarnya dirancang untuk merebut “Blue Riband” yang dihadiahkan untuk kapal yang tercepat yang mampu mengarungi samudera. “Blue Riband” tersebut hingga saat itu dipegang oleh dua perusahaan perkapalan Jerman sejak tahun 1897. Lusitania ditunjang oleh Departemen Angkatan Laut (Admiralty) berdasarkan persetujuan-persetujuan rahasia yang tidak pernah diumumkan. Panjang kapal itu 670 kaki, dapat membawa penumpang sampai 2.300 orang tentunya dengan segala fasilitas dan pelayanan yang mewah, mempekerjakan 900 orang awak kapal dan berkecepatan 25 knot. Kapal itu juga dilengkapi dengan dua belas meriam berukuran enam inci.
Perjalanan terakhir kapal itu adalah dari New York ke Liverpool pada tanggal 1 Mei 1915. Waktu itu orang-orang Jerman telah memperingatkan para penumpang yang bermaksud berlayar dengan Lusitania untuk mengurungkan niatnya. Sekaligus menjelaskan bahwa setiap kapal penumpang negara musuh yang berada di laut dalam daerah pertempuran, memikul resiko untuk diserang.
Bahkan Kedutaan Besar Jerman di Washington sudah bertindak sedemikian jauhnya dengan menempatkan iklan di koran-koran Amerika untuk mengingatkan mereka: “Para penumpang yang bermaksud mengadakan perjalanan menyeberangi Lautan Atlantik diingatkan bahwa Jerman dan Inggris sedang dalam keadaan perang dan kapal yang berlayar di bawah bendera Inggris atau kapal negara-negara sekutu harus memikul tanggung jawab sendiri atas perbuatannya.”
Tetapi sekalipun telah diperingatkan, 188 orang Amerika tetapi membeli karcis untuk berlayar bersama Lusitania dan lebih dari 400 peti amunisi untuk perang ditambahkan pada daftar muatan barang-barang “tak berbahaya” yang dibawanya.
Ketika kapal meninggalkan New York beberapa orang di seberang Lautan Atlantik berpikir tentang nasib Lusitania. Winston Churchill, yang pada waktu itu menjabat sebagai First Lord of the Admirally berjumpa dengan First Sea Lord Fisher bersama dengan para ahli dari Dinas Rahasia Angkatan Laut. Sebelumnya ia pernah diminta untuk menyusun laporan mengenai akibat yang mungkin terjadi seandainya kapal penumpang dengan orang-orang Amerika di atasnya ditenggelamkan. Raja George V ketika menerima utusan khusus Presiden Woodrow Wilson, Kolonel Edward House, dalam suatu pertemuan bertanya: “Apakah yang akan dilakukan pihak Amerika seandainya Lusitania ditenggelamkan oleh Jerman?”
Apa yang ditakutkan terjadi. Lusitania menuju kea rah pantai Irlandia pada tanggal 7 Mei. Kapten William Bowler “Bill” Turner sudah mendapat peringatan sekali akan kemungkinan terburuk yang terjadi di depannya. Peringatan tersebut berupa pesan radio dari Vice Admiral Henry Coke, yang markas besarnya terletak di Queenstown, Cork yang berbunyi:”Kapal selam sedang beraksi di dekat pantai Irlandia.”
Salah satu dari kapal selam itu adalah kapal U.20 yang berada di bawah komando Kapitan-Leutnant Walter Schwieger. Kapal selam itu sudah berada di laut sejak tanggal 30 April dan sedang dalam perjalan kembali ke pangkalannya di Wilhelmshaven ketika ia melihat Lusitania di cakrawala. Semula Schwieger tidak mengenali kapal itu dan membayangkannya sebagai “hutan tiang dan cerobong”. Pada waktu itu Lusitania memang merupakan kapal terbesar di dunia. Ketika mendekat ke Kinsale Head, Lusitania tiba-tiba mengubah haluan. “Sekarang kapal itu langsung menuju kearah kami,” kata Schwieger. “Ia tidak bisa memilih arah yang lebih sempurna seandainya sengaja memberikan kesempatan kepada kami untuk melepaskan tembakan yang mematikan.”
Pada jarak 400 yard, Schwieger memberi perintah untuk menembakkan torpedo. Torpedo itu mengenai Lusitania pada sisi kanan di bawah anjungannya. Air pun masuk ke dalam kapal dengan deras. 119 bagian ruangan kapal yang kedap air tidak mampu menahan kekuatan air yang masuk. Bagian depan kapal masuk ke dalam lautan diikuti bagian posisi kapal yang miring ke arah sisi kanan. Kepanikan para penumpang tak terbendung. Suara retakan dan patahan besi terdengar sangat menakutkan. Mungkin para penumpang tidak pernah membayangkan kejadian mengerikan ini akan terjadi sebelum mereka membeli karcis untuk berlayar.
Bagian depan kapal menyentuh dasar lautan 315 kaki di bawah permukaan, tetapi bagian belakangnya masih mencuat di udara dengan baling-balingnya yang besar mengarah ke atas. Bisa dibayangkan betapa menakutkannya seandainya kita melihatnya secara langsung. Kemudian badan kapal yang besar meluncur ke dasar lautan dengan mengeluarkan uap dan gelembung-gelembung udara. Laut pun penuh sesak dengan orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri. Lusitania memang dilengkapi secara baik dengan sekoci-sekoci penolong tetapi tetapi tak ada waktu untuk menurunkannya. Dari 1.198 orang yang tenggelam, 785 orang diantaranya adalah penumpang. Di antaranya 125 anak-anak. Tetapi tragedi nyata yang terjadi adalah ketika itu ada seorang ibu yang sedang mengandung, dan melahirkan anaknya di dalam air. Ibu dan anaknya meninggal.
Kemudian timbul perdebatan. Apakah orang Jerman dibenarkan menganggap Lusitania sebagai sebuah sasaran perang, sesuai hukum perang? Juga apakah benar bahwa kapal itu dipersenjatai dan membawa muatan militer? Satu pertanyaan yang paling penting dari semuanya, apakah pemerintah Inggris telah dengan sengaja menyuruh Lusitania menempuh jalur bunuh diri dengan memasuki perairan yang penuh dengan kapal selam musuh? Jika benar ini akan memaksa Amerika untuk memasuki peperanga.
Pertanyaan-pertanyaan itu telah diperbincangkan secara tuntas oleh para ahli sejarah dan penulis, salah satunya adalah Colin Simpson, dengan bukunya yang berjudul “Lusitania”,1972. Melalui bukunya ia mengajukan teori-teori yang bertentangan dengan kejadian tersebut. Ia mengetengahkan bahwa kapal itu dipersenjatai dengan dua belas merukuran enam inci dan membawa suatu muatan besar yang terdiri dari amunisi dan bahan peledak. Simpson mengatakan bahwa Lusitania telah mengalami beberapa perubahan di dermaga Liverpool pada tahun 1913 yang memungkinkannya membawa meriam-meriam berat, bila memang diperlukan. Serta salah satu tangki uapnya telah diubah menjadi tempat penyimpanan amunisi dan bahan peledak!
Yang lebih bertentangan lagi adalah teori Simpson yang mengatakan bahwa Laksamanan Angkatan Laut Inggris yaitu Churchill telah menarik pengawalan berupa kapal-kapal perusak untuk Lusitania, sekalipun diketahui bahwa kapal selam Jerman bersiap menghadap di jalur perjalanan. Kapten Turner tidak pernah diberitahu bahwa kapal-kapal perang Inggris yang diduganya berada di sekitar tempat terjadinya musibah, telah diperintahkan untuk menuju ke tempat lain. Turner sendiri menyatakan lebih lanjut bahwa ada pesan dalam kode angkatan laut untuk mengubah haluan dan menuju ke titik tempat kapal selam Jerman itu sedang menunggu.
Selama bertahun-tahun Simpson melakukan riset dengan membuka dokumen-dokumen arsip nasional di Washington yang hingga sekarang belum diumumkan, yang berasal dari perusahaan Cunard dan Dinas Angkatan Laut. Isi dokumen-dokumen itu mengarah kepada teori yang selama ini sudah diduga ahli sejarah, yakni suatu persekutuan besar-besaran antara Inggris dan Amerika, telah terjadi setelah berlangsungnya musibah. Isi muatan, katanya, telah dipalsukan, catatan tentang pengiriman berita radio dari Sir Henry Coke dan alat pencatat pengiriman berita dari Dinas Angkatan Laut untuk tanggal 7 Mei telah disingkirkan. Itu merupakan lembaran satu-satunya yang hilang selama keseluruhan tahun perang.
Pertanyaan besar lainnya yang menggelitik para ahli riset adalah mengapa Lusitania demikian cepat tenggelam? Torpedo Jerman tipe G yang ditembakkan dari kapal selam U.20 bukan torpedo yang bertenaga besar atau mampu menembus sasaran dalam-dalam. Tetapi, bagaimana mungkin torpedo jenis itu mampu menenggelamkan kapal laut raksasa hanya dalam waktu delapan belas menit? Mengapa??
Mari kita coba untuk menganalisis. Dikatakan bahwa Lusitania mempunyai suatu kesalahan konstruksi yang berbahaya. Mesin kapal dan peralatan mesin lainnya terlalu banyak mengambil tempat. Dengan demikian sebagian dari arang batu yang dibawanya harus dimasukkan ke dalam ruangan kapal yang bukan dimaksudkan untuk menyimpan bahan baker. Para masinis menggunakan bagian ruangan kapal yang khusus dibuat untuk menambah daya apung kapal, sebagai sarana pengaman untuk menyimpan arang batunya. Dengan demikian bagian ruangan udara di dalam kapal tersebut yang seharusnya dapat terus mengapungkan kapal pada hari terjadinya bencana, terisi penuh dengan arah batu.
Tetapi ada alasan lain yang lebih menyeramkan yang diperkirakan penyebab cepat karamnya Lusitania. Para penyelam yang telah masuk ke dalam laut untuk memeriksa puing kapal itu melaporkan bahwa sisi dan dasar kapal telah rusak karena ledakan kea rah luar dalam kapal. Kerusakan ini adalah jauh lebih hebat dari sekedar ledakan yang diakibatkan oleh sebuah torpedo. Apakah yang dapat mengakibatkan ledakan yang sehebat itu?
Mungkinkah jauh di bawah, di dalam kapal, tersimpan benda-benda lain, kecuali keju, mentega, susu, daging sapi kelas satu dan batang-batang tembaga seperti isi laporan muatan kapal, juga telah dimasukkan lebih banyak lagi dari hanya sekedar 4000 peti amunisi yang terakhir diakui dimasukan ke dalam kapal? Atau jauh lebih banyak lagi?? Apakah Lusitania sesungguhnya merupakan kapal amunisi yang menyembunyikan identitasnya di belakang 1.198 orang tak berdosa yang telah dikorbankan? Pertanyaan ini sampai sekarang belum terjawab.

1 komentar:

  1. Terkait dengan bank federal reserve, bankir yg menrampas kekayaan bangsa-bangsa dunia dengan jalan perang .
    http://www.youtube.com/watch?v=efwoY_Zvr4c&feature=relmfu

    BalasHapus

Archive

 

zoom-mycasebook. Copyright 2009 All Rights Reserved Free Wordpress Themes by Brian Gardner Free Blogger Templates presents HD TV Watch Shows Online. Unblock through myspace proxy unblock, Songs by Christian Guitar Chords